Title : My Sexy Rich Cruel Master
Author : Ray-chan
Genre : Teen romance, Comedy
Rating : PG-15
Language : Indonesia
Pairing : Minho/Hara
Cast : KARA, SHINee, f(x), TVXQ, Jang Wooyoung 2PM
Disclaimer : I don’t know Minho and Hara’s characters. And also all characters here. They belong to themselves. But the plot is pure mine. I make this not for money. So, not sue me.
Summary : Minho hates Hara and Hara hates Minho. But they in a trap of love.
“Jadi toko bungamu ini baru saja dibuka ya?”
Hara mengangguk pada Wooyoung dan tersenyum.
“Iya. Eomma nggak mengizinkan aku untuk mencari kerja agar bisa membantunya. Katanya aku harus sekolah. Menyebalkan sekali!”
Wooyoung tertawa. “Aku setuju dengan ibumu.”
“Kok gitu?”
“Iya. Lebih baik kamu sekolah yang benar saja. Nanti kamu pasti bisa mencari kerja yang bagus dan bisa membantu ibumu.”
“Tapi aku nggak tega ngelihat eomma. Aku ingin bantu dia.”
“Kamu bisa membantunya di toko bunga kalian sepulang sekolah kok.”
Hara berpikir sebentar dan mengangguk. “Ya, kamu benar.”
“Ya sudah, kalau begitu aku pulang dulu ya. Sampai jumpa!”
Wooyoung lalu melambaikan tangan pada Hara dan berjalan menuju mobil sport warna putihnya. Tidak lupa ia membawa sebuket bunga mawar putih yang dibelinya dari toko bunga Hara. Gadis dengan rambut panjang hitam itu tetap melambaikan tangannya walau mobil Wooyoung sudah melesat pergi.
“Siapa dia, Hara?”
Suara ibunya mengagetkannya. Hara menoleh dan menjadi salah tingkah.
“Hm, temanku. Kenapa?”
“Tidak apa-apa. Dia tampan dan terlihat baik ya?”
Hara tertawa sekilas. “Eomma, aku mau ke kamar dulu ya. Aku mau nelpon Nicole.”
***
Kim Heechul masuk ke kelas Hara sambil menggenggam penggaris kayunya. Seketika kelas yang ribut itu menjadi tenang. Hara segera kembali ke tempat duduknya bersama Nicole.
“Selamat pagi semuanya.”
“Pagi, Sam.”
“Baiklah. Hari ini aku akan membagikan hasil ulangan kalian kemarin.”
“He? Ulangan? Ulangan apa?” bisik Hara pada Nicole yang ada di sebelahnya.
“Ulangan matematika lah. Heechul sonsaengnim kan ngajar matematika.”
“Kok aku nggak tahu?”
Nicole menghela napas. “Waktu itu kamu sering menghilang, nggak tahu ke mana.”
“Jadi gimana dong? Aku ha—”
“Nona Goo.”
Kim Heechul menatap Hara tajam. Gadis itu tersentak.
“Ya, Sam?”
“Ke mana saja kau? Tidak pernah masuk kelasku.”
“Err— Aku—”
“Kau tidak suka berada di kelasku?”
Kim Heechul memotong omongan Hara.
“Tidak kok, Sam. Sebenarnya—”
“Sebenarnya apa, Nona Goo? Apa kau jadi benci padaku karena waktu itu aku mengusirmu dari kelasku karena terlambat?”
Hara terkejut. Sungguh bukan karena itu.
“Tidak, Sam! Aku—”
Hara menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Ia tidak tahu harus bilang apa pada gurunya yang galak ini. Mana mungkin ia menceritakan yang sebenarnya? Itu sangat rahasia!
“Sepulang sekolah kau datang ke ruanganku untuk mengikuti ulangan. Mengerti?”
Hara kembali tersentak. “Err— Baik, Sam.”
Kim Heechul lalu melanjutkan aktifitasnya lagi.
“Nicole Jung.”
Nicole lalu maju dan mengambil kertas ulangannya. Ia tersenyum. Angka 85 tertera di kertas itu dengan tinta merah. Nilai yang cukup memuaskan. Saat ia kembali ke tempat duduknya, Hara melirik kertas ulangan Nicole.
“Nicole, bantu aku dong. Kamu tahu kan aku belum belajar sama sekali? Aku lihat soalnya dong. Beserta jawabannya kalau bisa.”
Belum sempat Nicole menjawab, Kim Heechul sudah memotongnya.
“Nona Jung, jangan pernah berikan kertas ulanganmu pada Nona Goo. Biarkan dia bekerja sendiri.”
Nicole mengangguk takut-takut sementara Hara cemberut.
Dasar guru sialan! Jahat banget sama aku! Pikirnya.
***
“Hara, maaf ya aku nggak bisa kasih kertas ulanganku ke kamu.” ujar Nicole merasa bersalah.
Hara tersenyum. “Nggak apa-apa, Cole. Santai saja.”
“Hara eonni! Nicole eonni!”
Jiyoung berlari-lari menghampiri mereka berdua yang heran. Senyum lebar mengembang di bibir Jiyoung.
“Kenapa kamu?” tanya Hara.
“Aku pengen cerita sesuatu sama kalian.”
Jiyoung tersenyum. Ia lalu menceritakan kejadian saat ia bertemu dengan Taemin dan mengobrol bersamanya tanpa kekurangan satu kejadian pun. Senyum yang semakin lebar itu pun tidak kunjung hilang dari bibirnya.
Nicole tertawa. “Jiyoungie, kamu sungguh-sungguh suka sama Taemin?”
“Ayo, jujur saja! Kamu suka sama Taemin kan?”
Jiyoung malah tersenyum misterius membuat kedua seniornya itu gemas ingin mencubit pipinya.
“Hm, nggak tahu juga deh. Eh, ke kantin yuk, aku lapar nih.”
Jiyoung lalu melangkahkan kakinya duluan meninggalkan Hara dan Nicole yang bingung.
“Dia benar suka Taemin?” tanya Hara.
“Nggak tahu. Tapi kayaknya iya deh. Lihat saja tuh mukanya berseri-seri banget pas ngebahas Taemin.” jawab Nicole.
“Nggak tahu ah. Kita susul Jiyoung ke kantin yuk!”
Hara lalu menarik tangan Nicole untuk mengejar Jiyoung yang hampir sampai di kantin.
***
Krystal Jung sedang membawa setumpuk buku menuju ruang guru. Buku-buku itu milik anak-anak kelasnya. Victoria Song, gurunya menyuruhnya untuk mengantar buku-buku tersebut. Tiba-tiba sesosok tubuh jangkung menabraknya hingga buku-buku itu berserakan di lantai. Krystal segera mengumpulkan buku-buku itu dan sekilas melirik sosok yang menabraknya. Ia hanya diam saat mengetahui sosok itu. Dia adalah Choi Minho.
Minho menatap Krystal terkejut. Alangkah inginnya ia membantu Krystal untuk mengumpulkan buku-buku itu, tapi melihat kerumunan orang yang menatap mereka dan egonya yang tinggi, Minho mengurungkan niatnya.
“Kau ini punya mata atau nggak?!”
Krystal tersentak dan menoleh. “Maaf. Aku nggak sengaja.”
Minho mengabaikan permintaan maaf Krystal lalu pergi. Padahal dalam hatinya ia sangat kesal. Kenapa ia harus marah pada gadis itu? Minho merutuki sikapnya yang galak itu. Sesaat ia melirik ke belakang untuk mengetahui apa yang tengah gadis itu lakukan. Alangkah terkejutnya Minho. Shim Changmin sekarang sedang membantu Krystal mengumpulkan buku-buku tersebut! Minho mengepalkan tangannya tapi ia tetap berusaha menahan emosinya. Ia marah tapi ia juga kecewa. Kalau saja tadi ia membantu Krystal, pasti Changmin tidak akan muncul membantu gadis itu.
“Oi, lihat apa kau?”
Minho tersentak. Ia mendengus melihat Jonghyun yang menatapnya polos.
“Bisa nggak sih jangan muncul tiba-tiba?! Aku kaget tahu!”
“Siapa suruh kau bengong di sini? Lihat apa sih?”
Jonghyun melirik ke arah pandangan Minho tadi. Ia mendapati Krystal dan Changmin sedang mengumpulkan buku-buku yang berserakan di lantai. Sementara Minho tetap menatap mereka dengan pandangan tidak suka.
Jonghyun tersenyum menggoda. “Kau naksir Krystal ya?”
Minho menatap Jonghyun kesal. “Nggak kok! Sembarangan!”
“Jangan bohong, Ho. Jujur saja kalau kau suka padanya?”
“Nggak kok! Aku— Aku— Nggak tahu ah! Yang jelas aku bukan lagi lihatin mereka!” elak Minho lalu pergi meninggalkan Jonghyun.
“Kayaknya tadi aku nggak bilang dia lagi lihatin mereka berdua deh. Dia sendiri yang ngomong. Dasar anak bodoh!”
***
“Aku tungguin kamu sampai selesai ulangan ya.” ujar Nicole.
“Nggak usah, ah. Kamu duluan saja. Kamu masih harus kerja di café kan?”
Nicole mengangguk lemas. “Iya sih, tapi kamu—”
“Santai saja, Cole. Sudah sana pergi.”
“Kamu ngusir aku nih?”
“Ih, Nicole. Bukan gitu maksud aku. Maksudnya kamu cepatan pergi. Kamu kan harus kerja di café. Nanti bos kamu marah lagi kalau kamu terlambat.”
“Haish! Iya, iya. Aku pergi dulu ya!”
Hara mengangguk. Nicole lalu melangkahkan kakinya. Tapi baru tiga langkah ia kembali berbalik.
“Kenapa lagi?” tanya Hara.
“Hm, aku cuma mau bilang sesuatu sama kamu.”
“Apa?”
“Hara, aja aja fighting!”
Nicole mengepalkan tangan kanannya ke udara. Hara tersenyum.
“Nicole, aja aja fighting!”
Hara turut mengepalkan tangan kanannya ke udara. Kali ini mereka tertawa.
“Bye, sukses buat ulanganmu.”
***
Nicole memasuki sebuah café kecil namun mewah. Sudah hampir 5 bulan ia bekerja di sana. Gadis itu terpaksa bekerja karena keuangan keluarganya mulai menipis. Nicole segera menuju ruang ganti untuk mengganti pakaian sekolahnya dengan seragam café tersebut.
“Hei, Nicole! Tumben kamu datang agak lama?”
Nicole menoleh. “Halo, Luna! Tadi aku ada urusan sebentar.”
“Oh, ya sudah sana cepat ganti pakaian sekolahmu. Habis itu tolong antarkan pesanan ke meja nomor 12 ya!”
“Iya, iya. Tenang saja. Semuanya pasti beres.”
Tak lama kemudian Nicole sudah mengenakan seragam cafénya dan segera mengambil pesanan untuk meja 12. Ia melirik meja tersebut dan melihat sekumpulan pemuda yang asyik mengobrol. Saat ia hampir sampai ke meja tersebut, matanya menatap tajam pada salah satu pemuda yang ada di meja itu. Pemuda itu memakai pakaian sekolah yang sangat tidak asing di matanya. Tapi sekolah apa?
Nicole terus memutar otaknya. Ah, dia ingat sekarang! Itu seragam Chungdamn High School dan pemuda itu adalah orang yang beberapa hari lalu datang ke sekolahnya dan membawa temannya, Hara secara paksa! Nicole menggeram. Ia masih kesal pada pemuda yang ia bilang ‘angkuh’ tersebut. Nicole menghampiri pemuda itu dengan kesal dan meletakkan nampan berisi pesanan meja tersebut dengan kasar.
Pemuda tersebut terkejut. Begitu juga dengan teman-temannya. Mereka saling berpandangan melihat Nicole yang menatap salah seorang teman mereka dengan tajam.
“Kau! Cowok sialan yang sok berkuasa!”
Nicole menunjuk pemuda tersebut dengan telunjuknya namun pemuda itu menatapnya bingung.
“Siapa dia, Key?” tanya salah seorang temannya.
“Nggak tahu. Cewek gila kali.”
“Heh! Apa kau bilang?! Kau itu kalau punya mulut dijaga dong! Jangan sembarangan ngomong! Yang gila itu bukan aku tapi kau!” hardik Nicole namun pemuda bernama Key itu tetap diam.
“Kenapa diam?! Takut sama aku?! Kau itu sangat menyebalkan tahu! Datang ke sekolahku, menyeret temanku secara paksa, dan mendorongku hingga hampir jatuh ke tanah! Dasar tidak punya aturan!!”
“Kau itu siapa sih? Tiba-tiba datang ke sini dan marah-marah.”
JEDERR!
Nicole terdiam. Mulutnya menganga karena bingung.
Apa maksud cowok ini berkata seperti itu? Dari tadi aku sudah berkicau panjang lebar ternyata dia malah bilang kalau dia nggak kenal aku?! Hei, nggak mungkin dia lupa! Pikirnya.
“Kenapa kau diam?”
Nicole tersentak. “Heh! Jangan sok lupa ya! Aku tahu kau berbohong! Masa kau bisa lupa denganku sih? Kau itu sudah berbuat seenaknya di sekolahku. Apa kau lupa?!”
“Aku nggak ingat kamu tuh atau mungkin aku malah nggak kenal kamu. Mungkin saja kamu itu salah satu pengagum aku.”
Nicole melotot. Apa katanya?! Ia adalah pengagum cowok itu? Sampai mati pun Nicole tidak sudi.
“Kau sok kenal banget sih sama aku. Aku tahu kau saja nggak! Kalau mau marah-marah itu pikir dulu dong! Nggak malu dilihatin sama seisi café ini?”
Nicole menoleh ke sekitarnya. Ia baru sadar kalau mata setiap orang di café tersebut tertuju padanya.
“Dasar cewek tidak tahu diri! Sudah marah-marah nggak jelas, ngatain aku lagi!”
BYUR!
Nicole menyiram Key dengan minumannya. Key terkejut sementara teman-temannya tercengang. Begitu juga seisi café tersebut. Mereka malah asyik menonton kejadian itu.
“Kenapa kau menyiramku?”
“Karena aku mau!”
“Kau sudah sangat keterlaluan ya!”
Key lalu beranjak meninggalkan Nicole dan menuju sebuah ruangan yang sangat Nicole takuti. Ruang Manager Café!
Tak lama kemudian, Key kembali diikuti dengan seorang lelaki paruh baya yang menatap Nicole kesal.
“Nicole Jung, kenapa kau melakukan itu?”
Nicole diam. Ia hanya menundukkan kepalanya. Sementara Key tersenyum mengejek.
“Minta maaf pada Tuan Kim sekarang!”
Nicole mengangkat kepalanya dan melirik Key tajam. Pemuda itu tengah tertawa mengejek sambil menatapnya. Nicole tidak mau minta maaf pada pemuda itu!
“Tidak. Saya tidak mau, Pak.”
“Kenapa? Kamu sudah membuat kerusuhan di sini? Kamu juga sudah menyiram Tuan Kim dengan minumannya. Saya sangat malu atas perilaku kamu, Nicole.”
“Saya minta maaf pada anda. Tapi tidak dengan cowok sok ini!”
Key melotot. “Heh! Kau itu benar-benar nggak bisa diatur ya?! Minta maaf sama aku sekarang juga!”
“Nggak akan!”
“Manager, pecat cewek ini sekarang juga!”
Nicole tersentak. Ia sangat kesal dengan pemuda bernama Key ini.
“Heh! Seenaknya saja berkata seperti itu! Memang apa hakmu memecatku?!”
“Apa hakku? Dengar baik-baik ya, aku nggak akan mengulang perkataanku. Aku pemilik café ini!”
***
Hara menatap Kim Heechul yang sedang membaca koran di hadapannya. Kemudian ia kembali melirik kertas ulangannya yang masih kosong. Ia sungguh tidak bisa mengerjakan soal-soal tersebut.
Hara mengetuk dahinya dengan bolpoinnya. Kenapa ia sial sekali sih? Sudah bermasalah dengan si jangkung, keuangan keluarganya menipis, sekarang malah terjebak dalam ulangan matematika yang tidak bisa ia kerjakan.
Hara membuang napas keras. Ternyata Kim Heechul sudah meliriknya sedari tadi.
“Kenapa Nona Goo? Soalnya tidak sulit bukan?” godanya.
Hara cemberut lalu pura-pura membaca soal tapi ia tetap saja tidak bisa mengerjakannya. Satu setengah jam kemudian, Hara menyerah. Ia lalu mengumpulkan kertas ulangannya yang hanya ia bisa jawab sedikit. Mungkin setengahnya saja tidak sampai. Kim Heechul menatap kertas ulangannya dan seketika dahinya mengerut.
“Ya sudah, kau boleh pulang.”
“Iya. Permisi, Sam.”
Hara lalu menyambar tasnya dan keluar. Saat ia akan membuka pintu, Kim Heechul kembali berceletuk.
“Lain kali jangan kabur lagi dari kelasku. Rasakan akibatnya! Ulangan mendadak, sendiri, dan diawasi ketat olehku.”
“Siapa juga yang kabur?” gumam Hara lalu pergi.
Hara keluar dari ruangan Kim Heechul dengan wajah kusut. Ia sangat yakin kalau nilainya pasti hancur. Tiba-tiba ia ingin menyegarkan otaknya sebentar dan memutuskan pergi ke taman di pusat kota.
***
Minho sedang duduk merenung di sebuah taman. Ia masih memikirkan kejadian tadi siang. Kenapa Changmin selalu saja ada di saat Krystal sedang susah? Ia ingin sekali jujur akan perasaannya pada Krystal tapi itu tidak mungkin. Egonya masih terlalu tinggi.
Ia sangat ingat ketika pertama kali mengenal Krystal. Gadis itu adalah orang yang menabraknya dan mengotori bajunya dengan minuman yang dibawanya. Kemudian ia memarahi gadis itu dan membuatnya takut. Tapi entah kenapa hari-hari berikutnya ia selalu bertemu dengan gadis itu.
Gadis itu adalah salah satu siswi berprestasi. Ia memiliki senyum yang indah dan wajah yang cantik. Tidak aneh, kalau ia menjadi primadona di sekolahnya. Krystal juga mempunyai sifat rendah hati dan baik.
Ring ding dong ring ding dong~
Minho melirik ponselnya yang berbunyi. Nama Jonghyun tertera di layar ponselnya.
“Kenapa Jong?”
“Kau di mana? Kok tiba-tiba menghilang dari sekolah?”
“Aku ingin sendiri sekarang.”
“Itu bukan jawaban yang tepat, Ho. Kau kenapa sih?”
“Tidak apa-apa. Sudah, jangan ganggu aku!”
“Tapi—”
Minho memutuskan sambungan secara sepihak tanpa memperdulikan Jonghyun yang memakinya kesal di ujung telepon.
***
Hara berjalan mengitari taman tersebut sambil meminum minuman kalengnya. Tiba-tiba ia melihat sosok pemuda yang sangat tidak disukainya. Choi Minho sedang duduk di sebuah kursi taman sambil menatap ponselnya. Hara menghela napas panjang.
Kenapa aku ketemu dengan dia lagi sih? Mau tenangin otak yang ada malah tambah pusing! Pikirnya.
Gadis itu lalu berbalik tapi tertahan saat sosok itu memanggilnya.
“Hei!”
Hara dengan ragu-ragu berbalik dan menatap Minho tajam. Perlahan Minho bangkit dari kursinya dan mendekati Hara. Gadis itu sudah siap menonjok Minho kalau pemuda itu cari masalah lagi dengannya.
“Kenapa?!” tanya Hara galak.
“Kau sedang apa di sini?”
“Kalau kau ingin mengajakku bertengkar, tolong jangan sekarang! Aku sedang pusing. Banyak masalah.”
“Siapa juga yang mau mengajakmu bertengkar? Aku hanya mau mengajakmu mengobrol.”
“Apa?”
Hara terlihat bingung. Ia menatap Minho tajam.
Kenapa cowok ini jadi tiba-tiba baik sama aku? Padahal kemarin dia sombong dan galak banget! Pikirnya.
“Kau mau menemaniku tidak?” tanya Minho dengan wajah lesu.
“Tapi—”
“Ku mohon, aku juga sedang banyak masalah sekarang. Kau mau kan?”
Hara tercengang sebentar namun ia mengangguk setuju. Ia lalu mengikuti Minho untuk duduk kembali di bangku taman. Beberapa saat mereka hanya diam. Minho asyik dengan pikirannya sendiri. Tapi yang Hara tahu, pemuda di sampingnya ini sedang sedih? Mukanya terlihat lesu, pakaian sekolahnya juga berantakan. Hara lalu menghela napas.
“Kau sebenarnya kenapa?”
“Hanya mempunyai masalah yang dari dulu tidak bisa aku selesaikan.”
Hara menatap Minho semakin dalam, mencoba mengartikan kalimat Minho barusan. Sejenak kebenciannya pada Minho pudar begitu saja, berganti dengan rasa kasihan yang kini sedang dilandanya.
To be continued
*Hak Terbit telah mendapat persetujuan author
0 Coment:
Post a Comment