Thursday, March 10, 2011

[FF] My Sexy Rich Cruel Master – Chapter 3

Title : My Sexy Rich Cruel Master
Author : Ray-chan
Genre : Teen romance, Comedy
Rating : PG-15
Language : Indonesia
Pairing : Minho/Hara
Cast : KARA, SHINee, f(x), TVXQ, Jang Wooyoung 2PM
Disclaimer : I don’t know Minho and Hara’s characters. And also all characters here. They belong to themselves. But the plot is pure mine. I make this not for money. So, not sue me.
Summary : Minho hates Hara and Hara hates Minho. But they in a trap of love.

“Ayo ikut aku!”
Minho menarik tangan Hara paksa dan membuat gadis itu meringis kesakitan.
“Mau ke mana sih? Lepasin tangan aku! Sakit tahu!”
“Diam deh! Kalau kau diam nggak akan sakit!”
Minho terus menarik tangan Hara. Di belakang Key, Jonghyun, dan Taemin mengikuti mereka.
“Hyung mau ngapain Hara noona sih?” tanya Taemin.
“Mana aku tahu! Lihat saja nanti.” jawab Jonghyun.
Minho lalu menuju sebuah ruangan yang cukup luas. Ruangan itu memang khusus dibuat untuk ia dan teman-temannya. Maklum, ia adalah anak pemilik sekolah dan itu membuatnya menjadi orang yang sombong dan sok berkuasa.
“Kau mau apa?”
Hara melirik Minho sinis. Mereka berlima tengah duduk bersama dengan posisi duduk Minho dan Hara yang saling berhadapan.
“Begini saja, aku sudah sangat malas untuk meminta mu mengganti kerusakan mobilku. Maka dari itu, aku punya satu usul yang tidak akan merugikan masing-masing dari kita. Dan kau pun tidak perlu takut akan ku laporkan ke polisi.”
“Apa usulmu?”

“Kau harus membersihkan apartemenku selama 100 hari sebagai ganti dari kerusakan mobilku tanpa digaji.”
“Apa?!”
Hara terkejut. Taemin tidak kalah terkejutnya dari gadis itu. Jonghyun dan Key mengangguk-angguk setuju.
“Usul bagus, Ho.” ujar Key.
Minho tersenyum lalu menatap Hara. “Gimana?”
“Nggak mau! Aku menolak!” teriak Hara.
“Kenapa kau menolak? Heh, aku sudah memberi keringanan padamu ya!” balas Minho.
“Hei, lebih baik kau setuju saja. Daripada Minho melaporkanmu ke polisi.” ujar  Jonghyun.
“Hyung, aku nggak setuju! Kok hyung jahat banget?” protes Taemin.
“Jahat gimana? Itu yang terbaik, Tae.” ujar Minho ringan.
“Tapi kan, kasihan Hara noona dong. Hyung kan punya uang banyak untuk memperbaiki mobil hyung itu. Nggak perlu sampai kayak gitu.”
“Taemin, kamu bawel banget sih? Terserah aku dong!” bentak Minho.
“Pokoknya aku tetap nggak mau! Ngerti?!”
Hara lalu beranjak dari situ dan membuka pintu ruangan tersebut yang kebetulan tidak dikunci. Key bermaksud mengejar Hara tapi Minho menahannya dan membiarkan gadis itu pergi.

***

“Apa-apaan dia? Masa aku harus membersihkan rumahnya selama 100 hari?! Tanpa digaji lagi!”
Hara terus merutuk kesal hingga ia tak sadar telah berjalan ke arah yang tak tentu. Ia menatap sekelilingnya dan membuang napas kencang.
“Sialan! Aku tersesat lagi! Sekolah ini besar banget sih! Tadi si jangkung itu membawaku dari mana ya? Aduh, mati aku! Di sini sepi banget lagi!”
Hara mendecak kesal. Ia sungguh-sungguh sial hari ini.
“Hei kau!”
Hara menoleh kaget. Dua orang siswi dari sekolah ini menatapnya tajam.
“Kau cewek yang tadi menyiram Minho dengan air ya?” tanya seseorang di antara mereka.
“Iya. Lalu apa urusanmu?”
“Heh, kau itu sok sekali ya! Baru kenal dengan Minho saja sudah berani berbuat seperti itu padanya! Apa sih masalahmu dengan Minho?”
“Memang kau siapanya sih? Beraninya membentakku! Kalau kau nggak tahu apa-apa, mendingan diam saja deh!”
“Apa katamu?!”
“Kau nggak dengar ya? Kalau kau nggak tahu apa-apa, lebih baik kau diam! Kau bilang aku sok, sepertinya kau jauh lebih sok daripada aku!”
“KAU!”
Gadis itu mengambil ancang-ancang untuk menampar Hara. Tapi sebuah suara menghentikan gadis itu.
“Yuri, apa yang kamu lakukan?”
Gadis bernama Yuri itu menoleh dan menatap pemilik suara yang ternyata seorang pemuda itu.
“Apa urusanmu? Terserah aku dong!”
“Jangan berbuat seenaknya! Sekolah ini bukan punyamu!”
“Kau juga jangan berbuat seenaknya dengan melarangku dong! Sekolah ini juga bukan punyamu!”
“Aku tahu. Makanya aku tidak akan melakukan hal bodoh sepertimu. Kenapa kau mengganggu dia?”
“Bukan urusanmu!”
“Lebih baik kau pergi sana.”
“Yuri, kita pergi saja yuk! Aku malas banget deh lihat orang yang sok menjadi penolong.” ujar teman Yuri.
“Kamu benar, Seohyun. Ya sudah, kita pergi saja. Heh, urusan kita belum selesai ya!”
Yuri melirik Hara sinis dan gadis itu balas menatapnya sinis. Kedua gadis itu lalu pergi meninggalkan Hara bersama sosok pemuda yang tadi menolongnya.
“Makasih ya kamu sudah bantuin aku.” ujar Hara.
“Nggak masalah. Aku nggak sengaja lewat dan ngelihat Yuri mau nampar kamu. Jadi aku tolong deh. Memang apa masalah kamu dengan dia?”
“Nggak tahu. Dia tiba-tiba saja menghardik aku gara-gara tadi aku nyiram Minho pakai air.”
“Oh, ternyata ini ada hubungannya dengan Minho.”
“Memang kenapa?”
“Yuri itu suka banget dengan Minho tapi Minho nggak pernah perduli dengan dia.”
Pemuda itu lalu tertawa sekilas.
“Oya, kamu kenal Minho ya?”
“Ya kenal lah. Siapa sih yang nggak kenal Minho?”
“Kok bisa gitu?”
“Lupain saja. Aku Jang Wooyoung. Nama kamu siapa?”
“Aku Goo Hara dari Dongmyeong Woman’s High School.”
“Kok bisa nyasar sampai Chungdamn sih?”
“Hehehe. Ada masalah dengan si jangkung yang sombong itu. Eh, jalan keluar di sini di mana ya? Aku tersesat nih.”
“Oh, kamu tersesat. Ya sudah, aku antarin sampai sekolah kamu saja ya. Boleh kan?”
Hara tersentak. “Hah? Nggak usah. Ngerepotin kamu nanti.”
“Nggak kok. Kebetulan juga aku mau keluar. Lagi jam pelajaran kosong sih.”
Hara berpikir. Enak banget sekolah di sini. Kalau jam kosong bisa keluar seenaknya. Dia baru sadar kalau sudah beberapa kali dia bolos mata pelajaran karena kasusnya dengan Minho.
“Hei, kok bengong? Gimana?”
“Em, kalau nggak ngerepotin sih aku mau.”

***

Nicole melirik jam tangannya dengan gelisah. Hara belum kembali juga dari tadi. Kata juniornya Hara tadi dikejar-kejar oleh dua orang yang mencurigakan. Apa lagi sekarang?
“Hei, Nicole! Kamu kenapa?”
“Astaga! Goo Hara, dari mana saja kamu? Kamu baik-baik saja kan?”
“Santai saja, Cole. Aku baik-baik saja kok.”
“Tadi katanya kamu dikejar dua orang yang mencurigakan?”
“Kok kamu bisa tahu?”
“Jadi benar? Siapa mereka?”
“Ah, bukan siapa-siapa kok. Tenang saja.”
”Hara, kok kamu nggak mau cerita lagi sih sama aku?”
”Mau cerita apa, Nicole?”
“Kamu sekarang jadi tertutup gitu deh. Ada apa sih?”
“Nggak ada apa-apa. Sudah ah, temani aku ambil tas di kelas yuk. Sudah jam pulang kan?”
Nicole mendecak kesal. “Haish, Hara!”

***

Kang Jiyoung sedang berjalan mengitari kota. Ia sedang merasa bosan di rumah sehingga memutuskan untuk jalan-jalan. Matanya lalu asyik menatap setiap etalase yang berisi boneka-boneka lucu sampai-sampai ia tidak sadar kalau menabrak seseorang.
“Maaf. Aku nggak sengaja.”
Jiyoung lalu menoleh dan menatap sosok yang ditabraknya. Alangkah kagetnya ia setelah mendapati sosok tersebut. Dia, dia, cowok yang telah menarik perhatiannya tersebut. Lee Taemin!
“Nggak apa-apa kok. Aku juga salah tadi. Maaf juga ya.”
Jiyoung tersenyum. “Err— nggak apa-apa. Oya, kamu Lee Taemin bukan?”
Taemin mengernyit heran. Dari mana gadis ini tahu namanya? Seingatnya mereka belum pernah bertemu sekalipun. Apa mungkin dia adalah teman SMP nya dulu? Atau mungkin jangan-jangan cinta pertamanya dulu? Ah, atau jangan-jangan dia sudah terkenal di mana-mana ya? Dugaan terakhir itu mampu membuat Taemin tersenyum sendiri.
“Hei, kamu kenapa?”
Taemin tersentak. “Ah, maaf. Iya, aku Lee Taemin. Apa sebelumnya kita pernah bertemu ya?”
Jiyoung memandangnya lesu. Tak disangka kalau Taemin tidak ingat dengannya.
“Kamu nggak ingat aku?”
“Nggak.”
“Aku Kang Jiyoung.”
Taemin menggeleng.
“Aku siswi dari Dongmyeong Woman’s High School.”
“Aku memang pernah ke sana. Tapi aku nggak ingat kamu. Soalnya banyak banget cewek yang aku lihat di sana karena itu sekolah khusus cewek.”
Jiyoung merengut. Benar juga kata Taemin. Sekolahnya kan khusus untuk cewek. Ia pasti sudah melihat lebih dari 300 cewek di sana. Jiyoung masih belum menyerah dan memutar otaknya.
“Ah, aku adik kelasnya Hara eonni.”
“Oh, Hara noona. Hm, berarti kamu cewek yang kemarin ikut tarik-tarikan Hara noona sama Jonghyun hyung dan Key hyung ya? Kalau nggak salah kemarin ada juga deh cewek yang bantuin kamu.”
Ajaib! Begitu ia menyebut nama Hara, Taemin langsung ingat saja. Sampai-sampai ia ingat juga kejadian beberapa hari lalu.
“Iya. Itu Nicole eonni, sunbae aku.”
“Iya. Aku ingat sekarang.”
“Syukur deh. Hahaha.”
Jiyoung tertawa lega. Taemin lalu tersenyum.
“Kamu ngapain di sini?”
“Aku? Cuma jalan-jalan doang. Habisnya bosan banget di rumah. Kamu ngapain?”
“Aku nemenin Key hyung belanja. Biasa, dia mau masak.”
Mereka lalu tertawa bersama.
“Taemin, yuk pulang.”
Tiba-tiba seorang pemuda dengan rambut coklat yang menenteng dua kantong plastik mendekati mereka.
“Sudah selesai, hyung?”
“Sudah. Siapa dia, Tae?” tanya Key melirik Jiyoung yang salah tingkah.
“Dia Kang Jiyoung, adik kelasnya Hara noona yang kemarin ikut tarikan-tarikan dengan hyung dan Jonghyun hyung waktu di Dongmyeong Woman’s High School.”
Jiyoung tersenyum menatap Key tapi cowok tersebut hanya diam.
“Oh. Kita pulang sekarang.”
“Oke deh. Jiyoung, aku pulang dulu ya. Semoga kita bisa bertemu lagi nanti. Oya, maafin sikap dingin hyungku ya. Dia memang begitu. Bye!”
Taemin lalu menyusul Key yang sudah terlebih dahulu meninggalkannya. Jiyoung tersenyum senang. Taemin orangnya baik dan ramah sekali. Masa bodoh deh dengan cowok dingin yang namanya Key itu. Yang penting ia bisa mengobrol dengan Taemin walaupun sebentar. Jiyoung berharap agar ia dan Taemin bisa bertemu lagi nanti.

***

Key dan Taemin memasuki rumah Key. Di dalam sudah ada Minho dan Jonghyun yang sedang bermain game favorit Minho, Winning Eleven. Jonghyun yang sebenarnya malas bermain dipaksa oleh Minho karena ia tahu betul ia tidak akan pernah menang melawan sahabatnya yang memang jago bermain game tersebut.
“Sial, tuh kan betul aku kalah!”
Minho tertawa. “Kau saja yang nggak benar mainnya!”
Jonghyun lalu duduk di sofa ruangan tersebut dan membuka minuman kalengnya. Sementara Key hanya geleng-geleng kepala dan segera meletakkan belanjaannya ke dapur. Taemin lalu duduk di samping Jonghyun dan mengambil majalah fashion punya Key. Tak lama kemudian Key muncul dengan segelas air putih di tangannya.
“Kenapa kau masih saja memaksa orang-orang untuk bermain game itu bersamamu? Padahal kau kan tahu betul tidak akan ada yang bisa mengalahkanmu!” ujar Key cerewet.
“Biarin, habis aku bosan. Di rumahmu ini nggak ada hiburan! Masa banyak banget film horror! Padahal aku tahu kau mana berani nonton kalau setannya sudah muncul.”
“Dan setelah itu dia pasti menyuruh kita untuk menemaninya menonton.” tambah Jonghyun sambil tertawa keras.
Key merengut kesal. “Selera setiap orang berbeda, Ho. Jong, hentikan tawamu atau ku tendang kau dari rumahku!”
Jonghyun spontan menghentikan tawanya lalu pura-pura asyik mengganggu si mungil Taemin yang sedari tadi hanya diam melihat hyung-hyungnya yang bertengkar. Hal seperti itu sudah biasa ia lihat. Tapi ia tidak perlu khawatir, karena sebentar lagi saja mereka sudah akan berbaikan lagi.
“Key, bagi air putihmu dong. Aku haus habis berdebat denganmu.” ujar Minho.
Key lalu memberikan gelasnya pada Minho. Pemuda jangkung itu dengan segera meminumnya. Taemin tersenyum. Betul kan apa yang dia bilang? Bahkan tidak sampai 1 menit mereka sudah berdamai lagi. Hyung-hyung yang aneh!
“Oya, Tae—”
Minho lalu angkat bicara. Taemin menatap Minho dengan penasaran.
“— Ada yang mau aku tanyain ke kamu.”
“Apa hyung?” tanya Taemin.
“Kenapa sih kamu selalu ngebela Hara? Aku minta dia ganti kerusakan mobilku kamu marah. Aku ngancam mau laporin dia ke polisi kamu marah. Aku nyuruh dia membersihkan apartemenku selama 100 hari kamu juga marah. Ada apa sih dengan kamu? Kalau kata Jonghyun, jangan-jangan kamu naksir sama Hara.”
Taemin tercekat. Ia tidak tahu harus menjawab apa.
“Wowowow, kenapa kau bawa-bawa namaku?” ujar Jonghyun.
“Memang kemarin kau bilang begitu kan?” ujar Minho.
“Hei, kalian berdua diam! Tae, kenapa kau jadi pucat begitu?” tanya Key.
Minho dan Jonghyun menatap Taemin yang mendadak menjadi pucat. Cowok imut itu tidak tahu harus menjawab apa pada hyungnya.
“Taemin, kau kenapa?” tanya Minho panik karena wajah Taemin semakin memucat.
“Oi, dia berkeringat dingin!” tukas Jonghyun.
Key lalu mendekati Taemin dan meletakkan tangan kanannya di dahi Taemin yang berkeringat.
“Kau sakit ya?”
Taemin menggeleng. “Nggak kok, hyung. Aku nggak suka dengan Hara noona.”
“Sungguh?” tanya Minho.
Taemin mengangguk lemas.
“Ya sudah, aku cuma nanya saja kok.”
Minho lalu berdiri dan menuju kamar mandi di rumah Key. Jonghyun tertawa terbahak-bahak.
“Cuma menjawab kayak itu saja kau sampai keringat dingin! Taemin, Taemin!” ujar Jonghyun.
“Ku pikir kau sakit tadi. Dasar!” tambah Key.
Kedua orang itu lalu mengacak-acak rambut Taemin sambil terus tertawa. Sementara Taemin hanya diam dan berpikir. Apa mungkin benar dia sudah jatuh cinta pada Hara noona?

***

Hara berjalan menuju rumahnya sambil meminum minuman kalengnya. Alangkah kagetnya ia saat melihat rumahnya telah menjadi toko bunga dan beberapa orang yang sedang asyik memilih-milih bunga.
Jangan-jangan aku salah jalan ya? Ini pasti bukan rumahku. Tapi mana mungkin, masa aku bisa keliru untuk pulang ke rumah? Pikirnya.
Kebingungannya terjawab ketika melihat sosok ibunya sudah berada di depannya sambil memegang sebuket bunga.
“Hara, kenapa kau diam saja? Cepat masuk dan ganti bajumu. Setelah itu bantu eomma mengurus toko bunga kita.”
“Apa?! Jadi ini benar rumahku?”
“Apa maksudmu?”
“Apa maksud eomma?! Kenapa sekarang eomma berjualan bunga?!”
“Hara, dengarkan eomma. Keuangan kita semakin lama semakin menipis dan sudah tidak cukup lagi untuk kebutuhan kita dan juga sekolahmu. Makanya eomma memanfaatkan sebagian dari tabungan kita tersebut untuk membuka toko bunga. Tidak mungkin kita terus bergantung pada uang peninggalan appamu, bisa-bisa kita tidak makan lagi nanti. Mengerti kau?”
“Haish, kenapa eomma nggak bilang sama aku? Aku kan bisa bantu eomma dengan cari kerja.”
“Tidak! Kamu tidak boleh kerja. Kamu harus belajar keras agar masa depanmu bisa jauh lebih baik dari eomma. Eomma tidak ingin kau hidup susah terus. Pokoknya eomma akan terus berusaha agar bisa menyekolahkanmu karena almarhum appamu sudah berpesan pada eomma agar menyekolahkanmu setinggi mungkin. Jadi jangan kecewakan eomma ya?”
Hara terdiam. Omongan eommanya berhasil membuatnya kembali teringat pada sosok appanya yang sudah meninggal 5 tahun yang lalu. Ia menatap eommanya sambil tersenyum. Ia tidak ingin membuat eommanya kecewa.
“Iya, eomma. Aku nggak akan mengecewakan eomma. Sekarang aku ganti baju dulu ya. Lalu aku akan bantu eomma mengurus toko bunga kita sekarang.”
Hara tersenyum lalu berlari memasuki rumahnya. Eommanya tersenyum. Beliau sangat bangga bisa mempunyai anak yang berjiwa besar seperti Hara.
Tak lama kemudian, Hara keluar dengan pakaian rumahnya. Ia lalu membantu eommanya melayani setiap pelanggan yang datang.
“Terimakasih ya. Lain kali datang lagi ke toko kami.”
Hara memberi seulas senyum pada seorang wanita paruh baya yang baru saja membeli bunga di tokonya.
“Maaf, apa di sini ada bunga mawar putih?”
Hara membalikkan badannya dan menatap sang pembeli tersebut. Ia kaget begitu mengetahui sosok sang pembeli itu.
“Kau?!”
“Akhirnya kita bertemu lagi ya?”
To be continued

*Hak Terbit telah mendapat persutujan author

0 Coment:

Post a Comment

 

Only Minho Design by Insight © 2009