Author : csm
Genre : Fluff, YAOI
Genre : Fluff, YAOI
Cast : 2min
Length : drabble … words
Summary : dyslexia, a physical disorder affecting a person's
ability to read and write. A problem that covering Taemin’s future. But a love
has changed him.
A/N : an amateur drabble lol enjoy ! :)
totaly inspired by one of my subject in colleague.
Disclaimer : I don't own anything just the plot.
WARNING : Against YAOI thingy? dont read ^^ don't bash :)
Seorang
laki-laki berambut kekuningan menangis jelas di hadapannya. Sesenggukan hebat
sembari sesekali menghapus pipi dan hidungnya yang berair dengan lengan
bajunya.
‘h-h-how
m-much i.. try it I still cant!’
Ia
berbicara dengan bahasa isyaratnya, menggerakkan tangannya yang bergetar karena
terlalu lelah menulis membentuk sebuah kalimat yang dimengerti sosok di
depannya.
Sementara
di sisi lain, seorang pria dengan jelas tersenyum lembut. Mengerti bagaimana ia
sudah mencoba namun tetap gagal. Tangan pria tinggi berambut kecoklatan itu
mengeluarkan tangannya dari saku jas putihnya, meraih helai-helai rambut si
laki-laki di depannya dan mengelus puncak kepalanya pelan.
“it’s
okay!”
Suaranya
yang lembut dan nadanya yang rendah. Sesuatu yang mengiringnya ke dalam keadaan
tenang.
‘why
it have to be me?’
Ia
bertanya, masih dengan isakan ia menunjuk dadanya sendiri. Hidungnya memerah
seperti tomat karena ia gosok terus menerus.
‘bahkan
tidak bisa memegang pensil dengan benar!’ protesnya lagi pada si dokter, jelas
terlihat raut wajahnya yang kesal. Berlatih 24 jam sehari, 7 hari seminggu,
tidak pernah berhasil. Begitu mudahnya orang lain menggenggam pensil mengapa ia
tidak? Begitu mudah orang lain membaca mengapa ia tidak? Begitu mudah orang
menulis mengapa ia tidak? Bahkan nilai mengejanya sangat di bawah rata-rata.
Hal yang semudah itu tidak bisa dilakukannya. Lalu ia harus berkomunikasi
dengan apa?
Disleksia,
dipikir-pikir untuk apa penyakit itu datang padanya? hanya karena ayahnya yang
juga menderita disleksia. Kenapa harus dia? Sementara ia sudah disusahkan
dengan cacat yang membuatnya tidak bisa berbicara.
Ia
duduk di kursi si dokter, menghentakkan kakinya kesal dan menghabiskan sisa
isakannya disana. Yang kemudian merasakan kursinya diputar ke samping kanan,
harus berhadapan dengan senyuman pria dengan tatapan tajam dan lembut itu. pria
yang merundukkan tubuhnya untuk menyamakan posisi wajah mereka pada sau garis.
“because
you’re special!” ucapnya dengan nada lembut.
‘special
in what? I’m nothing than a shit!’
“But
you’re everything for me, Taemin!”
Ia
melebarkan size kedua matanya, entah mengapa ia tiba-tiba mengatakan hal itu.
Meski di satu sisi, Taemin, laki-laki yang sedang duduk di depan si dokter ini
menghentikan isakannya. Menelan jelas-jelas apa yang baru saja dikatakan pria
tampan ini. Menjauhkan dari apa yang baru saja dikatakannya, ia memutuskan
untuk kembali tersenyum “I know you can!”
‘how?’
“You
can do it with love and happy feel!”
Taemin
terlihat menunduk ‘h-how?’
Minho,
si dokter muda segera mengangkat bahunya. ‘thinking of someone you love maybe?’
menjawabnya dengan bahasa isyarat dan terkekeh saat melihat Taemin merona merah
seperti udang rebus.
.
.
.
Ini
seharusnya menjadi pagi yang tenang untuk Minho, namun keributan mengenai
pasiennya yang membuat ulah hingga perawat-perawat di tempat ia bekerja
memperbincangkannya. Well, meskipun mereka segera membungkam mulut saat Minho
melewati lobby, namun mereka akan melanjutkannya kemudian setelah Minho pergi
meski suara mereka terdengar cukup jelas seperti burung-burung kakak tua. Minho
menggeleng, segera mengubah jalannya ke kanan. Menuju kamar pasiennya.
Dan
benar saja, ketika ia membuka pintu kamar Taemin, ia cukup terkejut dengan
tumpukan-tumpukan kertas yang diremas dan dibuang sembarangan hingga membentuk
beberapa gunung kecil yang nyaris menutupi lantai. Bahkan beberapa kertas juga
terdapat di atas kasur.
“TAEMIN!”
panggilnya terkejut, melihat kamar yang sungguh seperti kapal karam. Si pemilik
nama segera menyita perhatiannya dari kertas dan pensil yang digenggamnya
canggung kemudian berpindah pada sosok tampan dan tinggi yang berdiri dengan
ekspressi masih shock. Senyuman kemudian kembali ia buat di bibirnya, menggeser
pantatnya turun dari kasur dan berlari menghampiri si dokter.
Memanggil
nama Minho berkali-kali dengan mimik bibirnya meski tidak ada suara yang keluar
disana. Menarik tangan hangat sang dokter tanpa menunggu protesnya dan
mengabaikan ekspressi Minho yang terlihat bingung.
‘Aku
bisa!’ ia tersenyum lebar, memperlihatkan deretan gigi putihnya yang tersenyum
manis di antara bibir plump merah jambu. ‘aku mematahkan 3 pensil!’ ucapnya
dengan matanya yang lebar dan bercerita dengan excited menunjukkan pinggir
telapak tangannya yang terluka, ia masih belum bisa menggunakan pensil dengan
baik. Menimbulkan kekehan dari Minho saat melihatnya seperti itu. entah kemana
hilangnya rasa kesal Minho terhadap Taemin karena keadaan kamar yang dibanjiri
oleh kertas.
‘aku
berpikir tentang orang yang kucintai!’ Taemin menggosok belakang lehernya,
canggung karena malu mengatakan hal ini sesungguhnya.
“lalu?”
Minho tersenyum, meski di dalam hatinya merasa ia sedikit tidak rela. Oke,
boleh saja dikatakan ia sudah memendam perasaan pada pria ini.
Dengan
malu-malu, Taemin mengambil sebuah kertas di bawah bantalnya, menjepit sisi
kertas yang berbeda dengan jemarinya dan menempelkannya di depan dada.
Minho
melebarkan kedua matanya, dan tidak selebar senyumannya setelah Taemin membalik
kertas itu kemudian dan menunjukkan bagaimana ia memperlihatkan perasaannya
yang sebenarnya. Meski masih banyak yang harus di perbaiki dan huruf yang
nyaris tidak bisa di baca. Namun ia bisa merasakan bagaimana Taemin bekerja
keras untuk dirinya sendiri.
Ia
mengecup bibir Taemin singkat.
“I
Love You, too!”
















2 Coment:
eciee seungmi uda ngepost ;3
fighting!~
Selamat ya eon, ff nya keren banget.
Post a Comment