author : Stefani Febrina Hartono
AUTHOR’S NOTE (1):
Annyeong..^^ Sebelumnya mo minta maap dulu kalo FF nya kepanjangan untuk ukuran Oneshoot. *bow* Coz aslinya, ni FF dibagi jadi 5 parts. Tapi, karena ketentuan lombanya harus Oneshoot ‘n ga ada batasan untuk banyaknya halaman, aku nekad gabungin aja jadi 1. Moga ga bikin bosen, ya! >< Oya, kalau di cerita ini, banyak yang ga sesuai ‘ma karakter atau keadaan para member SHINee yang sebenernya, harap dimaklumi ya ^^ *namanya aja karangan* hehehe.. Author akan merasa sangat dihargai jika para readers sekalian ga cuma mo baca, tapi juga mau meninggalkan jejak setelah membaca FF ini =) Jeongmal gomawo ^0^
Casts:
Author as Sang Haeyo
SHINee members
Any female or YOU as Kyung Mi
Any male or YOU as Sang Haeyo’s Appa
Any little girl or YOU as Sunny
*Sang Haeyo’s POV*
“Aigoyaaa..tugas lagi..tugas lagi..benar-benar mati satu tumbuh sejuta!” teriakku frustasi sambil menyeret langkahku untuk pulang. Siang itu aku baru saja selesai kuliah terakhir pada hari Senin ini. Di sampingku, sahabatku, Kyung Mi, juga mengeluhkan hal yang sama.
“Jinja! Tugas2 dari Soo Man sonsaengnim selalu saja tak ada habisnya. Baru 2 hari yang lalu dia memberi kita tugas News Report, sekarang dia menyuruh kita membuat BAB 1 Proposal. Padahal tugas2 sebelumnya saja belum dibahaskan, tidak jelas asal-usulnya, e..sudah ditimbuni tugas baru lagi! Betul-betul menyebalkan!!, “ umpat Kyung Mi panjang lebar.
Aku hanya diam mendengarkan semua keluhannya. Kalau aku menimpali, bisa-bisa Kyung Mi, yang “bakat berbicara” ini akan lebih “berpidato” lagi tentang “kekejaman” Soo Man sonsaengnim, sehingga kata-katanya mungkin dapat dirangkum dalam 1 makalah tebal berjudul: Esai Argumentatif tentang Mengapa Lee Soo Man Lebih Pantas Jadi Penjajah Daripada Dosen. Kyung Mi memang tipe orang seperti itu. Semboyannya: Katakan saja apa yang ada di pikiranmu! Sehingga orang-orang yang belum mengenalnya pasti akan mengira bahwa ia adalah yeoja galak, yang tidak bisa menjaga mulutnya. Padahal,
sungguh, Kyung Mi sebenarnya adalah orang yang asyik. Dia bisa kau ajak bicara tentang apa saja. Selain itu, dia juga setia kawan. Tetapi…ya seperti yang kubilang tadi, kalau sudah bicara, apalagi jika sedang kesal, lebih baik kau diam, atau setidaknya, jangan mendebatnya. =p
“Ya! Kyung Mi! Lebih baik kita mampir ke situ, yuk!” selaku, mengalihkan perhatian Kyung Mi, sambil menunjuk kedai Baskin Robins yang tak jauh dari tempat kami berdiri.
“Ne..Kajja! Sepertinya kita memang harus mendinginkan kepala.”
Sesampainya di Baskin Robins…
Senangnya melahap Mocca Rhapsody di siang yang terik ini. Lumayan untuk “pendinginan” sebelum pulang dan berkutat lagi dengan tugas-tugas kuliah.
Suasana Baskin Robins cukup ramai dan rata-rata pengunjungnya adalah anak sekolah dan mahasiswa. Pasti mereka juga sedang melakukan “pendinginan” sejenak seperti aku dan Kyung Mi, pikirku.
Masih kulayangkan pandanganku ke seantero kedai sampai aku melihat meja pojok ruangan, cukup jauh dari mejaku dan Kyung Mi, di mana ada sosok pria yang wajahnya…hmm..sepertinya aku pernah mengenal, atau setidaknya melihat orang ini sebelumnya. Kupandang pria berbusana casual, berkacamata hitam itu. Ah, siapa ya orang ini? Semakin tidak jelas saja wajah orang itu karena ia juga memakai topi.
“Ya! Haeyo-ah!” panggil Kyung Mi seraya melambai di depan wajahku. “Kau melamun, ya? Sia-sia saja aku bercerita panjang lebar barusan. Aku jadi haus lagi! Mana es krim ku hampir habis!” omelnya sambil memandang piring Banana Splitnya.
“Ah! Mianhaeyo..”, buyar seketika pengamatanku pada pria tadi. “Kyung Mi-ah, coba kau lihat namja di meja pojok itu.”
“Nugu?” tanya Kyung Mi sambil menoleh ke arah namja yang kumaksud.
“Ne..Nuguya? Sepertinya dia familiar..Tapi siapa,ya?”. Aku masih bertanya-tanya, sedangkan Kyung Mi hanya menjawab, “Molla..”, sambil mengangkat bahunya dengan acuh tak acuh. Rupanya ia masih ngambek gara-gara kuacuhkan ketika dia bercerita tadi.
Namun, rasa penasaranku segera terjawab ketika tak lama kemudian, namja tersebut selesai menikmati pesanannya, dan beranjak dari mejanya. Ketika dia berjalan semakin dekat, dan hampir melewati mejaku, menuju pintu keluar kedai, aku spontan berteriak, “Ah! Minho oppa!”. Aku tak ragu lagi, bahkan yakin sekali, bahwa namja itu adalah Minho oppa, yang sangat kuidolakan di SHINee.
Kontan namja yang kuteriaki tadi kaget, dan menatapku sekilas. Setelah itu, dia menurunkan letak topinya agar lebih menutupi wajah, seraya mempercepat langkah keluar.
Aku masih melongo menatap punggung namja itu seiring keluarnya ia dari kedai. Dan semakin melongo lah aku ketika sadar bahwa seluruh pengunjung kedai menatapku heran dan penuh tanda tanya. Segera aku menunduk menghindari tatapan mereka. Bisa kutebak bahwa sekarang pasti wajahku sedang merah semerah tomat matang, karena kurasakan panas yang tiba-tiba.
“Haeyo! Apa kau sedang melamunkan Minho oppa sedari tadi? Pantas saja cerita-ceritaku tidak kau dengarkan, dan parahnya lagi, kau berkhayal seolah pengunjung barusan ini adalah ‘Minho oppa’. Aish..Kau ini..Rupanya kau memang sedang frustasi gara-gara tugas menumpuk,ya?” cerocos Kyung Mi.
“Aniyo..Yang kulihat barusan benar Minho oppa, Kyung Mi-ah! Tidak salah lagi! Mana mungkin bisa aku tidak mengenali sosok idolaku yang berkulit kecoklatan, berbadan tinggi tegap, berhidung mancung….”. Belum selesai aku berargumen, Kyung Mi sudah memotongnya,”Ara..Ara..Sebaiknya setelah ini kau segera istirahat saja begitu sampai di rumah, Haeyo-ah. Mungkin kau terlalu lelah dengan kuliah hari ini.”
Kutatap Kyung Mi dengan pandangan sebal campur kecewa. Sebal karena dia bilang bahwa aku sedang terlalu stress, sehingga berhalusinasi melihat Minho oppa. Sekaligus kecewa karena ia mencibir mendengar argumenku. Sial! batinku. Padahal tadi kukira ia mempercayaiku ketika bilang, “Ara..Ara..” Huh!
Tapi, ya sudahlah. Sekuat apapun aku berargumen, dan kalau itu benar Minho oppa pun, apa yang bisa kulakukan selain memandang dan berteriak layaknya orang bodoh, karena setelah itu tidak dipedulikan, seperti kejadian memalukan barusan. Hmpf..Minho oppa, seandainya saja aku bisa mengenalmu sebagai teman dan bukan sebagai idola yang digandrungi para gadis…
***
*Author’s POV*
Sang Haeyo pun melangkah pulang bersama Kyung Mi, tanpa tahu bahwa hari ini adalah hari terakhirnya dalam menjalani rutinitas sebagai mahasiswi, karena besok ia akan… sangat shock! Dan akan ada satu orang lagi yang tak kalah shock nya dengan Haeyo…
Sang Haeyo pun melangkah pulang bersama Kyung Mi, tanpa tahu bahwa hari ini adalah hari terakhirnya dalam menjalani rutinitas sebagai mahasiswi, karena besok ia akan… sangat shock! Dan akan ada satu orang lagi yang tak kalah shock nya dengan Haeyo…
***
*Choi Minho’s POV*
Aku menghela napas lega begitu memasuki dorm. Masih sedikit terengah, ketika aku mengambil sebotol jus dari kulkas dan meneguknya sampai habis. “Ya! Minho! Itu punyaku, pabo!” teriak Key, begitu ia keluar dari kamar. Ia menghampiriku dan menghadapkan botolnya ke wajahku. “Lihat ini, ada namaku, bukan?!” tunjuknya ke arah tulisan KEY yang ditulis besar-besar menggunakan spidol.
“Huft..Mian..” ujarku sambil mengelap keringatku yang mengucur deras. “Aish! Kau ini memang pabo! Seorang sportholic manapun juga tak akan ada yang mau jogging di siang terik seperti ini selain kau,” umpat Key.
“Kau yang pabo! Aku tidak habis dan tidak akan jogging di tengah hari begini. Tadi aku buru-buru karena ada yang mengenaliku. Untung hanya satu orang, dan aku cepat melarikan diri sebelum yang lainnya juga tahu,” balasku.
“Makanya, kalau melakukan penyamaran, jangan tanggung-tanggung! Pakailah rok, rambut palsu, dan sepatu hak tinggi. Lalu oleskan lipstik, dan kawan-kawannya, agar semakin meyakinkan. Kujamin tidak akan ada yang mengenalimu,bahkan satu orang!” usulnya sembarangan.
“Kau saja sendiri!!” ujarku sambil tergelak. “Ah, yang lain mana?” tanyaku. “Sebentar lagi juga pulang, tadi mereka keluar sebentar,” jawab Key, sambil merebahkan diri ke sofa dan menyalakan TV.
Aku pun menuju kamarku dan merebahkan diri. Ah..Enak sekali rasanya libur, walau hanya beberapa hari. Besok kami harus memulai kembali aktivitas kami, berlatih dan berlatih lagi untuk SHINee 2nd Concert yang akan dimulai 6 bulan mendatang.
Kutatap langit-langit kamar. Teringat lagi olehku gadis yang tadi berteriak memanggilku. Hmm..pasti aku dianggapnya sombong karena tidak menyahut. Tapi, kalau aku menyahut, apalagi mengaku bahwa aku ini memang Choi Minho, nanti para pengunjung yang ada di situ pasti akan ribut mengerumuniku, dan aku akan susah untuk pulang.
Bukannya aku GR, tapi sungguh, aku punya banyak fans. Ingatanku kembali pada saat itu, aku masih baru-barunya menjadi Choi Minho yang dikenal sebagai anggota SHINee. Maka akupun dengan santainya keluar dorm tanpa melakukan penyamaran apapun—tidak memakai topi, apalagi kacamata hitam—karena pikirku, aku pasti belum banyak fans, jadi tak akan ada yang mengerumuniku.
Tapi ternyata dugaanku salah, ketika itu aku pergi ke supermarket, dan belum selesai aku memilih kebutuhan yang akan kubeli, tiba-tiba sekelompok pemudi datang menghampiriku…
“Hai! Kau Minho, kan?”
“Wah, tampan sekali!”
“Benar, ternyata aslinya lebih tampan!”
“Oppa, di mana member-member yang lain?”
“Oppa, kita foto bersama, yuk!”
“Hei, aku duluan yang berfoto!”
“Enak saja..Aku yang melihatnya duluan!”
Langsung saja aku dikelilingi para yeoja, lengkap dengan celotehan ribut mereka.
Aku kaget sekaligus senang saat itu. Namun, lama kelamaan, tak bisa kupungkiri, aku terganggu juga. Apalagi jika ada fans yang mencubit atau menarik-narik baju, bahkan rambutku! Huft..sungguh rasanya ingin berteriak keras-keras,”MINGGIR KALIAN SEMUA!” atau “BERHENTILAH MENGGANGGUKU!”. Tapi tidak mungkin, kan? Bisa-bisa aku langsung dihujat seribu bahasa, karena Choi Minho yang sekarang, yang foto-fotonya terpajang di toko-toko CD sebagai salah satu anggota SHINee, di distro remaja sebagai salah satu model T-shirt, di panggung dengan ditonton begitu banyak orang, belum termasuk yang tampil di M Net, SBS, KBS, dan stasiun TV ternama lainnya, adalah berkat para fans juga. =’)
Sejenak kuhela nafas panjang, dan ketika aku hendak beranjak membuka laptopku untuk iseng-iseng mengecek UFOs Village, mataku menangkap sesosok malaikat di meja Taemin. Ada sebuah boneka..hmm..tepatnya, robot berbentuk malaikat, hadiah dari salah seorang fans, rupanya. Aku tahu ketika di situ juga tergeletak kartu di atas amplop kecil yang sudah terbuka…
“Annyeong, Taeminnie..Joneun Hyo Hyun imnida..^^ Nan haengbok hamnida..akhirnya aku bisa memberimu hadiah. Semoga kau suka hadiah ini..dan kuharap malaikat lucu ini bisa menjadi teman barumu di dorm ^^ Oya, 1 lagi, kalau kau tekan tombol di tengah baju malaikatnya, ia akan berbicara padamu..^^
Tak kulanjutkan lagi membaca kartu yang sudah terbuka tersebut. Pandanganku beralih ke robot malaikat yang kini ada di tanganku. Kuamati benda berwujud malaikat lucu, berbaju putih, berambut pirang, dan ada lingkaran di atas kepalanya itu. Mata bulatnya yang biru menatapku. Seulas senyum menghiasi bibir robot malaikat itu. Kemudian kutekan tombol putih di tengahnya, dan benar apa kata Hyo Hyun, ia pun berbunyi…
“Halo. Aku malaikat kecil yang akan menjadi temanmu. Karena kau anak baik, maka akan kukabulkan permintaanmu.”
Aku pun terkekeh. Lucu juga mainan ini. “Ah, seandainya saja kau benar-benar bisa mengabulkan permintaan, aku ingin kau menjadikanku Choi Minho yang biasa-biasa saja. Choi Minho yang bukan artis, sehingga aku bisa pergi jalan-jalan semauku, tanpa harus khawatir akan dikerumuni fans, dipotret oleh paparazzi (crazy, yang sering melebih-lebihkan berita, jika ada *walaupun hanya sedikit* kejanggalan di foto yang mereka ambil). Hmm..Minho, si pemuda biasa sudah lama “hilang” dan membuatku benar-benar ingin menemukannya kembali, walau hanya sebentar. Selain itu, aku juga ingin sekali lagi merasakan kasih sayang seorang Ayah. Itulah permohonan terbesarku. Oya, malaikat kecil, sampaikan salamku padanya di surga, ya. Katakan bahwa aku sangat merindukannya. Aku ingin, walaupun hanya sekali, ia menonton penampilanku di atas panggung. Aku ingin membuatnya bangga padaku,” Aku bergumam pada malaikat kecil itu. Tanpa terasa, air mata sudah bergulir di pipiku.
Ah, bicara apa aku ini? Dari tadi curhat pada makhluk berbaterai, yang jelas-jelas tidak bisa disebut sebagai manusia. Seperti anak kecil saja, memohon pada malaikat, eh, maksudku, mainan (berwujud malaikat). Cepat-cepat kuhapus air mataku, dan melangkah keluar kamar, setelah mendengar kebisingan yang tak lain adalah teman-temanku yang sudah pulang setelah keluar sebentar, seperti yang dikatakan Key tadi.
Aku pun berkumpul bersama mereka, mengobrol, tertawa-tawa seperti biasanya. Sejenak melupakan permohonan-permohonanku yang kuucapkan pada mainan malaikat tadi, sampai keesokan harinya ketika aku bangun tidur…
Aku menghela napas lega begitu memasuki dorm. Masih sedikit terengah, ketika aku mengambil sebotol jus dari kulkas dan meneguknya sampai habis. “Ya! Minho! Itu punyaku, pabo!” teriak Key, begitu ia keluar dari kamar. Ia menghampiriku dan menghadapkan botolnya ke wajahku. “Lihat ini, ada namaku, bukan?!” tunjuknya ke arah tulisan KEY yang ditulis besar-besar menggunakan spidol.
“Huft..Mian..” ujarku sambil mengelap keringatku yang mengucur deras. “Aish! Kau ini memang pabo! Seorang sportholic manapun juga tak akan ada yang mau jogging di siang terik seperti ini selain kau,” umpat Key.
“Kau yang pabo! Aku tidak habis dan tidak akan jogging di tengah hari begini. Tadi aku buru-buru karena ada yang mengenaliku. Untung hanya satu orang, dan aku cepat melarikan diri sebelum yang lainnya juga tahu,” balasku.
“Makanya, kalau melakukan penyamaran, jangan tanggung-tanggung! Pakailah rok, rambut palsu, dan sepatu hak tinggi. Lalu oleskan lipstik, dan kawan-kawannya, agar semakin meyakinkan. Kujamin tidak akan ada yang mengenalimu,bahkan satu orang!” usulnya sembarangan.
“Kau saja sendiri!!” ujarku sambil tergelak. “Ah, yang lain mana?” tanyaku. “Sebentar lagi juga pulang, tadi mereka keluar sebentar,” jawab Key, sambil merebahkan diri ke sofa dan menyalakan TV.
Aku pun menuju kamarku dan merebahkan diri. Ah..Enak sekali rasanya libur, walau hanya beberapa hari. Besok kami harus memulai kembali aktivitas kami, berlatih dan berlatih lagi untuk SHINee 2nd Concert yang akan dimulai 6 bulan mendatang.
Kutatap langit-langit kamar. Teringat lagi olehku gadis yang tadi berteriak memanggilku. Hmm..pasti aku dianggapnya sombong karena tidak menyahut. Tapi, kalau aku menyahut, apalagi mengaku bahwa aku ini memang Choi Minho, nanti para pengunjung yang ada di situ pasti akan ribut mengerumuniku, dan aku akan susah untuk pulang.
Bukannya aku GR, tapi sungguh, aku punya banyak fans. Ingatanku kembali pada saat itu, aku masih baru-barunya menjadi Choi Minho yang dikenal sebagai anggota SHINee. Maka akupun dengan santainya keluar dorm tanpa melakukan penyamaran apapun—tidak memakai topi, apalagi kacamata hitam—karena pikirku, aku pasti belum banyak fans, jadi tak akan ada yang mengerumuniku.
Tapi ternyata dugaanku salah, ketika itu aku pergi ke supermarket, dan belum selesai aku memilih kebutuhan yang akan kubeli, tiba-tiba sekelompok pemudi datang menghampiriku…
“Hai! Kau Minho, kan?”
“Wah, tampan sekali!”
“Benar, ternyata aslinya lebih tampan!”
“Oppa, di mana member-member yang lain?”
“Oppa, kita foto bersama, yuk!”
“Hei, aku duluan yang berfoto!”
“Enak saja..Aku yang melihatnya duluan!”
Langsung saja aku dikelilingi para yeoja, lengkap dengan celotehan ribut mereka.
Aku kaget sekaligus senang saat itu. Namun, lama kelamaan, tak bisa kupungkiri, aku terganggu juga. Apalagi jika ada fans yang mencubit atau menarik-narik baju, bahkan rambutku! Huft..sungguh rasanya ingin berteriak keras-keras,”MINGGIR KALIAN SEMUA!” atau “BERHENTILAH MENGGANGGUKU!”. Tapi tidak mungkin, kan? Bisa-bisa aku langsung dihujat seribu bahasa, karena Choi Minho yang sekarang, yang foto-fotonya terpajang di toko-toko CD sebagai salah satu anggota SHINee, di distro remaja sebagai salah satu model T-shirt, di panggung dengan ditonton begitu banyak orang, belum termasuk yang tampil di M Net, SBS, KBS, dan stasiun TV ternama lainnya, adalah berkat para fans juga. =’)
Sejenak kuhela nafas panjang, dan ketika aku hendak beranjak membuka laptopku untuk iseng-iseng mengecek UFOs Village, mataku menangkap sesosok malaikat di meja Taemin. Ada sebuah boneka..hmm..tepatnya, robot berbentuk malaikat, hadiah dari salah seorang fans, rupanya. Aku tahu ketika di situ juga tergeletak kartu di atas amplop kecil yang sudah terbuka…
“Annyeong, Taeminnie..Joneun Hyo Hyun imnida..^^ Nan haengbok hamnida..akhirnya aku bisa memberimu hadiah. Semoga kau suka hadiah ini..dan kuharap malaikat lucu ini bisa menjadi teman barumu di dorm ^^ Oya, 1 lagi, kalau kau tekan tombol di tengah baju malaikatnya, ia akan berbicara padamu..^^
Tak kulanjutkan lagi membaca kartu yang sudah terbuka tersebut. Pandanganku beralih ke robot malaikat yang kini ada di tanganku. Kuamati benda berwujud malaikat lucu, berbaju putih, berambut pirang, dan ada lingkaran di atas kepalanya itu. Mata bulatnya yang biru menatapku. Seulas senyum menghiasi bibir robot malaikat itu. Kemudian kutekan tombol putih di tengahnya, dan benar apa kata Hyo Hyun, ia pun berbunyi…
“Halo. Aku malaikat kecil yang akan menjadi temanmu. Karena kau anak baik, maka akan kukabulkan permintaanmu.”
Aku pun terkekeh. Lucu juga mainan ini. “Ah, seandainya saja kau benar-benar bisa mengabulkan permintaan, aku ingin kau menjadikanku Choi Minho yang biasa-biasa saja. Choi Minho yang bukan artis, sehingga aku bisa pergi jalan-jalan semauku, tanpa harus khawatir akan dikerumuni fans, dipotret oleh paparazzi (crazy, yang sering melebih-lebihkan berita, jika ada *walaupun hanya sedikit* kejanggalan di foto yang mereka ambil). Hmm..Minho, si pemuda biasa sudah lama “hilang” dan membuatku benar-benar ingin menemukannya kembali, walau hanya sebentar. Selain itu, aku juga ingin sekali lagi merasakan kasih sayang seorang Ayah. Itulah permohonan terbesarku. Oya, malaikat kecil, sampaikan salamku padanya di surga, ya. Katakan bahwa aku sangat merindukannya. Aku ingin, walaupun hanya sekali, ia menonton penampilanku di atas panggung. Aku ingin membuatnya bangga padaku,” Aku bergumam pada malaikat kecil itu. Tanpa terasa, air mata sudah bergulir di pipiku.
Ah, bicara apa aku ini? Dari tadi curhat pada makhluk berbaterai, yang jelas-jelas tidak bisa disebut sebagai manusia. Seperti anak kecil saja, memohon pada malaikat, eh, maksudku, mainan (berwujud malaikat). Cepat-cepat kuhapus air mataku, dan melangkah keluar kamar, setelah mendengar kebisingan yang tak lain adalah teman-temanku yang sudah pulang setelah keluar sebentar, seperti yang dikatakan Key tadi.
Aku pun berkumpul bersama mereka, mengobrol, tertawa-tawa seperti biasanya. Sejenak melupakan permohonan-permohonanku yang kuucapkan pada mainan malaikat tadi, sampai keesokan harinya ketika aku bangun tidur…
***
*Author’s POV*
Malam hari di kamar Haeyo…
“Hoahhmmmmm..” Haeyo menguap lebar sambil meregangkan kedua tangannya, dan mengerjapkan matanya yang terasa perih. Jam sudah menunjukkan pukul 1 pagi, ketika Haeyo selesai mengerjakan tugas-tugas kuliahnya. Dia memasang alarm untuk bangun pagi besok, lalu menelepon Kyung Mi.
“Yoboseyo.” ucap Kyung Mi pelan. Rupanya ia sudah tidur dan terjaga gara-gara dering telepon dari Haeyo.
“Yoboseyo. Kyung Mi, besok bangunkan aku seperti biasanya, ya. Besok kita kuliah jam 7, bukan?” ujar Haeyo.
“Hmmm..” Kyung Mi hanya menggumam.
“Kyung Mi-ah! Ya! Kyung Mi!” setengah berteriak Haeyo memanggilnya.
Sementara Kyung Mi sudah tertidur lagi. Haeyo mendengus. “Tumben. Biasanya Kyung Mi begadang nonton film, atau sekedar tak bisa tidur, tidak peduli besok kuliah jam berapa pun,” Haeyo sedikit heran.
Baru saja ia akan pergi tidur, ia tiba-tiba ingat kalau sejak tadi belum menutup jendela kamarnya. “Ah, pantas saja semakin dingin,” keluhnya sambil membuka tirai untuk menutup jendela. Ketika dibukanya tirai itu, Haeyo tercengang. “Waaahhh..indah sekali!” serunya kagum memandang langit yang penuh bintang pada malam itu. Kenapa hari ini terasa beda, ya? Padahal, langit penuh bintang kan tidak terjadi hanya malam ini saja, gumamnya.
“Eh, ada bintang jatuh pula!” Haeyo berseru lagi ketika melihat benda putih cemerlang itu melintas dengan indahnya.
Ia pun cepat-cepat melipat kedua tangannya dan memejamkan mata untuk “make a wish”, seperti yang dipercayai dan dilakukan banyak orang ketika melihat bintang jatuh. “Aku ingin bertemu Minho oppa sekali lagi!” ucapnya mantap.
Setelah itu, ia pun segera menutup jendela dan merebahkan dirinya di tempat tidur. “Eh, tadi kenapa aku bilang ‘ingin bertemu Minho oppa SEKALI LAGI’ ya? Padahal yang kulihat tadi siang itu belum tentu dia, kan? Buktinya, para pengunjung lain tidak heboh. Bahkan sahabatku pun mencibir dan mengiraku berhalusinasi. Tetapi, jika orang itu memang bukan Minho oppa, kenapa orang itu menatapku sambil terkejut, lalu semakin menyembunyikan wajahnya dan bergegas keluar?” Haeyo terus bergumam. Tak lama kemudian, Haeyo pun tertidur lelap, setelah lelah dengan pikirannya sendiri.
***
Pagi hari…
*Choi Minho’s POV*
Sinar matahari menyilaukan yang masuk melalui jendela membuatku menyipitkan mata. Ah, sudah pagi rupanya. Cepat sekali. Dengan malas aku beranjak dari tempat tidur, mengingat bahwa hari ini kami sudah harus latihan lagi untuk konser beberapa bulan mendatang.
Masih setengah mengantuk, kuinjakkan kakiku ke lantai dan…ha?! Mengapa ada sandal berhiaskan kepala boneka babi begini?! Warna pink pula! Warna yang tidak kusukai. Ah, aku tau ini pasti kerjaan Key, yang menyarankan ide “penyamaran” gila kemarin. “Ya! Key! Di mana kau sembunyikan sandalku?!” teriakku. Oops! Suaraku..”Ehm..ehem..”, aku berdehem-dehem. Astaga! Kenapa suara bassku yang lantang berubah jadi kecil dan lembut seperti perempuan begini?! Gila! Bahkan suara ini lebih lembut dari suara Taemin!
Mendadak aku tersadar penuh. Hah??!! Badanku pun…Takut-takut kulangkahkan kaki menuju cermin. “WAAAAAAAAAAAAAA..!!!!” teriakku. Kenapa aku berubah jadi perempuan begini???!! Apa ini mimpi??!! Kutepuk-tepuk wajahku. Sakit. Kucubit lenganku. Sakit juga. Masih di depan cermin, aku mengamati “wajah” dan “tubuh” baru ku itu. Entah bagaimana, aku jadi pendek, memiliki mata yang lebar berwarna coklat, dan rambut hitam panjang berponi yang tergerai indah. Satu-satunya yang tidak berubah hanya warna kulitku saja. Tiba-tiba aku ingat, bukankah perempuan di cermin ini adalah orang yang memanggilku di kedai es krim kemarin?
Masih dengan kebingungan, kulihat sekeliling ruangan. Jadi, sekarang aku berada di kamarnya, ya? Kuamat-amati, ruangan ini banyak foto diriku. Fotoku waktu kecil sampai fotoku yang terbaru. Hmm..Rupanya gadis ini salah seorang fans beratku. Sejenak aku tersenyum, tapi kemudian tersadar kembali akan keadaanku sekarang. Lalu ke mana perginya tubuhku?!
Tiba-tiba…
”Sang Haeyo!” seru seorang pria sambil membuka pintu. Apa tadi katanya? Sang Haeyo? Siapa itu? Aku kan Choi Minho!
“Omona..Kau masih mengenakan piyama??!! Kau ini jangan mempermalukan Ayah! Sedari tadi Kyung Mi menunggumu. Hari ini kalian akan berangkat kuliah bersama seperti biasanya, kan?!” omel pria itu.
Aku hanya terdiam, tak tahu harus berkata dan berbuat apa. Dan…siapa lagi tadi? Kyung Mi? Ya Tuhan…apa yang sebenarnya terjadi padaku?
*Choi Minho’s POV*
Sinar matahari menyilaukan yang masuk melalui jendela membuatku menyipitkan mata. Ah, sudah pagi rupanya. Cepat sekali. Dengan malas aku beranjak dari tempat tidur, mengingat bahwa hari ini kami sudah harus latihan lagi untuk konser beberapa bulan mendatang.
Masih setengah mengantuk, kuinjakkan kakiku ke lantai dan…ha?! Mengapa ada sandal berhiaskan kepala boneka babi begini?! Warna pink pula! Warna yang tidak kusukai. Ah, aku tau ini pasti kerjaan Key, yang menyarankan ide “penyamaran” gila kemarin. “Ya! Key! Di mana kau sembunyikan sandalku?!” teriakku. Oops! Suaraku..”Ehm..ehem..”, aku berdehem-dehem. Astaga! Kenapa suara bassku yang lantang berubah jadi kecil dan lembut seperti perempuan begini?! Gila! Bahkan suara ini lebih lembut dari suara Taemin!
Mendadak aku tersadar penuh. Hah??!! Badanku pun…Takut-takut kulangkahkan kaki menuju cermin. “WAAAAAAAAAAAAAA..!!!!” teriakku. Kenapa aku berubah jadi perempuan begini???!! Apa ini mimpi??!! Kutepuk-tepuk wajahku. Sakit. Kucubit lenganku. Sakit juga. Masih di depan cermin, aku mengamati “wajah” dan “tubuh” baru ku itu. Entah bagaimana, aku jadi pendek, memiliki mata yang lebar berwarna coklat, dan rambut hitam panjang berponi yang tergerai indah. Satu-satunya yang tidak berubah hanya warna kulitku saja. Tiba-tiba aku ingat, bukankah perempuan di cermin ini adalah orang yang memanggilku di kedai es krim kemarin?
Masih dengan kebingungan, kulihat sekeliling ruangan. Jadi, sekarang aku berada di kamarnya, ya? Kuamat-amati, ruangan ini banyak foto diriku. Fotoku waktu kecil sampai fotoku yang terbaru. Hmm..Rupanya gadis ini salah seorang fans beratku. Sejenak aku tersenyum, tapi kemudian tersadar kembali akan keadaanku sekarang. Lalu ke mana perginya tubuhku?!
Tiba-tiba…
”Sang Haeyo!” seru seorang pria sambil membuka pintu. Apa tadi katanya? Sang Haeyo? Siapa itu? Aku kan Choi Minho!
“Omona..Kau masih mengenakan piyama??!! Kau ini jangan mempermalukan Ayah! Sedari tadi Kyung Mi menunggumu. Hari ini kalian akan berangkat kuliah bersama seperti biasanya, kan?!” omel pria itu.
Aku hanya terdiam, tak tahu harus berkata dan berbuat apa. Dan…siapa lagi tadi? Kyung Mi? Ya Tuhan…apa yang sebenarnya terjadi padaku?
***
di dorm SHINee…
*Sang Haeyo’s POV*
“Hei, ayo bangun! Hari ini kita akan sangat sibuk!” ujar seseorang menggoncang-goncang tubuhku. “Hari ini aku bolos saja, deh. Aku baru tidur jam 1 tadi pagi gara-gara tugas-tugas sialan itu!” jawabku sambil menarik selimutku lebih rapat ke badan.
“Jam 1? Jam 1 apanya? Jam 11 saja kau sudah mendengkur! Jangan bohong kau, Minho, aku masih ingat!” ujar seseorang itu lagi. Kali ini dengan nada lebih tinggi. “Huh!” Mau tidak mau aku mengucek-ucek mataku yang masih lengket ini, dan kemudian…
”OMO!!” teriakku.
Seseorang yang membangunkanku tadi tersentak kaget, lalu memukul ringan kepalaku.
“Ya! Ada apa? Kenapa kau melihatku seperti melihat hantu?” Dahinya berkerut, kesal.
“O..On..Onew oppa??!!” jeritku terbata.
“Mwo?” orang di hadapanku ini terdiam lalu tertawa dengan nadanya yang khas.
“Kau mencoba melawak, ya? Atau kau sedang melatih aktingmu? Ya, ya..Aku tahu, sejak drama ‘Pianist’ mu sukses, kau jadi sering latihan acting, kan? Tapi sekarang, cepatlah siap-siap. Jadwal kita padat!” ucapnya kembali serius.
“Dan kau mimpi apa semalam? Kenapa kau memanggilku ‘oppa’? Taemin yang “cantik” saja memanggilku ‘hyung’,” sambungnya.
Ha? Apa aku tampak seperti laki-laki? Aku masih memperhatikan Onew oppa dengan keheranan. Belum sempat keherananku terjawab, tiba-tiba pintu kamar terbuka.
“Ya! Minho! Semalam kau apakan komputerku? Sekarang CPU nya rusak. Memang kau ini kalau sudah bermain game, ya. Setelah milik Onew hyung, sekarang milikku yang jadi korbanmu!” ujarnya kepadaku sambil geleng-geleng, kesal.
“Jonghyun oppa!” teriakku padanya. “Hei, sesungguhnya kenapa oppa berdua ada di sini? Apakah ini termasuk acara televisi semacam memberi surprise untuk fans?” tanyaku polos.
Jonghyun dan Onew oppa saling berpandangan bingung. Lalu Jonghyun oppa mendekat dan memegang keningku. “Dahinya tidak panas kok, hyung.” ujarnya pada Onew oppa.
“Minho, kenapa kau ini? Masih bermimpi?” tanya Onew oppa kebingungan. Apa katanya? Minho? “Eh..emm..aku memang penggemar berat Minho, tapi namaku tentu saja bukan Minho. Namaku Sang Haeyo,” ujarku gugup campur bingung.
Mereka berdua semakin keheranan. Lalu Jonghyun oppa menarikku menghadap ke cermin dan…”KYAAAA..!! M-Min..Minho oppa??!!” Aku menepuk-nepuk pipiku dan memandang sekujur tubuhku di depan cermin. Nyawaku ada dalam tubuh Minho??!!
Jonghyun dan Onew oppa spontan melompat mundur. Lalu datanglah Taemin dan Key oppa. “Kalian bertiga ini sedang apa sih?” seru Key. “Ada apa hyung? Barusan kami dengar kau berteriak keras sekali.” sambung Taemin. Yang lain hanya mengangguk-angguk mengiyakan Taemin.
Gawat! pikirku. Sekarang keempat pasang mata itu menatapku. Aku harus bilang apa? Aku sendiri tak tahu apa yang terjadi, tiba-tiba aku sudah berada di sini, di dalam tubuh Minho! Aku hanya menunduk dengan gelisah. Peluh mengalir perlahan di leherku, hingga akhirnya kudengar derap langkah lari menuju ruangan ini.
Ah! Itu kan aku! Aku membelalak tak percaya. Sedangkan “diriku” tersebut juga kaget melihatku dalam wujud seorang Minho. Ia langsung menghampiriku tanpa menghiraukan pertanyaan-pertanyaan member-member lainnya.
“Siapa kau?”
“Hei..Bagaimana bisa kau masuk ke dorm kami?”
Tak satupun pertanyaan mereka terjawab. “Diriku” tersebut langsung bertanya, “Hei..apa yang terjadi? Kenapa aku bisa di dalam tubuhmu dan kau di dalam tubuhku?” tanyanya sambil mengatur napas karena lelah. “Minho, kau mengenalnya?” tanya Onew oppa padaku.
Tiba-tiba Minho oppa menghadap ke arah member-member lain. “Ya! Dengar, kalian harus percaya padaku. Aku, Minho. Aku juga tak tahu kenapa aku bisa tiba-tiba ada di dalam tubuh gadis ini,” katanya sambil menunjukku. “Sejak tadi pagi, ketika aku bangun tidur,” lanjutnya. Segera kusambung, “Benar! Aku juga sejak tadi pagi. Aneh sekali rasanya melihat Onew oppa, begitu aku membuka mata.”
“Omona..Pantas saja dia memanggilku ‘oppa’.” kata Onew oppa. “Iya, dan dia mengira kami ini sedang syuting acara semacam surprise untuk fans,” Jonghyun oppa menimpali. “Dan pantas saja Noona ini bisa masuk ke dorm kita, ternyata dia Minho hyung.” celetuk Taemin. “Iya. Tentu saja aku tau angka-angka password untuk membuka pintu masuknya, kan?” jawab Minho, kali ini agak sedikit lega.
Walaupun masih tak percaya dengan apa yang terjadi, Onew oppa berusaha tenang dan mengajak kami semua duduk. “Jadi, bagaimana kita bisa mengembalikan kalian seperti semula?”. Hanya itu pertanyaan yang bisa dilontarkan. Kami semua putus asa.
*tulit tulit*
Nada sms yang masuk ke handphone Onew oppa memecah keheningan. Ia pun segera membacanya. “Apa isi smsnya, hyung?” tanya Jonghyun oppa. Onew oppa masih terdiam membaca sms tersebut, membuat kami khawatir, hingga akhirnya keluar sepatah kata dari mulutnya, “Kita…” ucapnya pelan.
“Kita apa, hyung?” tanya Key oppa tak sabar. “Iya, kita apa?? Cepat bilang!” kata Taemin. Semua menatapnya termasuk aku. Akhirnya Onew oppa pun melanjutkan, “Kita..Hari ini kita…” lanjutnya dengan mimik serius. Semuanya menanti Onew oppa melanjutkan ucapannya. Suasana begitu hening hingga akhirnya “diledakkan” oleh jawaban Onew oppa…
“HARI INI KITA LIBUUUUUUUUUUUUUUUURRRRRRRRRRR…!!!” serunya girang. Member-member yang lain langsung melompat-lompat senang, tak terkecuali Minho oppa yang berada dalam tubuhku! Aku masih tetap duduk dan memandang kegirangan mereka sambil tertawa kecil. Ternyata mereka semua memang seperti ini. Tidak di depan kamera pun, tetap saja gila. Hehehehe..Benar-benar tak bisa kupercaya, gumamku.
Onew oppa melanjutkan jawabannya setelah semuanya tenang, “Manager hyung bilang kalau pelatih kita sedang ada urusan mendadak. Jadi kita libur hari ini.”
Tiba-tiba Minho oppa menepuk dahi, seperti teringat sesuatu, “Ah!! Ngomong-ngomong, bagaimana dengan kau kalau menggantikanku besok??” tanyanya padaku yang masih berada dalam tubuhnya.
“Oh..iya benar, kau bisa rap dan menari, tidak?” tanya Key. Aish..iya ya, sekarang kan aku berada dalam tubuh Minho yang adalah salah satu anggota SHINee!! Jadi aku harus bisa, paling tidak rap (yang adalah bagian utama Minho oppa) sekaligus menari! Gawat!! Semuanya menungguku membuka mulut.
Lalu kataku akhirnya, “Ti-Tidak.” Langsung saja mereka berubah ekspresi. Ada yang menggeleng putus asa, ada yang langsung mendengus kecewa. Sementara Minho oppa menunduk sambil menutupi wajahnya sejenak. Kudengar dia bergumam pelan, “Ottokae…”. Aku langsung merasa bersalah. Kugigit bibirku, berusaha menahan tangis, agar mereka tidak semakin direpotkan olehku.
“Jangan pesimis dulu..” kata Onew oppa tiba-tiba. Kontan semua member langsung melihatnya dengan pandangan penuh harap. “Kita masih punya waktu mengajarinya, kan?” ujarnya sambil tersenyum ke arahku. “Baiklah..Kita ajari saja dia,” ucap Key yang diikuti dengan anggukan para member lain.
“Oya, ngomong-ngomong, apa kegiatanmu? Kuliah atau sudah bekerja?” tanya Jonghyun oppa. “Aku kuliah di fakultas Sastra Inggris,” jawabku sambil tersenyum. “Mwo?? Sastra Inggris?? Habislah aku! Aku kan tidak bisa bahasa Inggris dengan baik. Bagaimana kalau aku menggantikanmu kuliah nanti??!!” Minho oppa tiba-tiba panik. “Aish..Mengapa kau tidak tertukar nyawanya dengan Key saja?” sambungnya lagi.
Sementara para member lain hanya terkekeh geli. “Michyeoso..ini seperti di dalam mimpi saja. Eh, bahkan di dalam mimpi pun aku belum pernah tertukar nyawanya dengan orang lain,” kata Key oppa.
“Oya, Haeyo, tadi ayahmu bilang kalau temanmu menjemput untuk berangkat kuliah bersama. Aku baru ingat!” kata Minho oppa tiba-tiba. “Ah..iya!! Aduh..pasti Kyung Mi sedang kebingungan mencariku sekarang. Mana ponselku di rumah. Oppa tadi bilang apa pada ayahku?” Aku langsung kebakaran jenggot. “Aku bilang saja kalau aku sedang tidak enak badan. Lalu setelah ayahmu menyampaikannya pada temanmu itu, dia berangkat kerja, dan aku kabur ke sini. Lihat saja, sepanjang jalan orang-orang menatapku yang masih menggunakan piyama dan sandal boneka ini,” gerutunya.
“Oh iya..jadi bagaimana nanti kalau kalian akan mandi atau ganti baju?” tanya Taemin polos. Aku dan Minho oppa langsung berpandangan dengan gugup. “Ah, begini saja, setelah ini, kita ke rumahku, lalu saat aku akan mandi dan ganti baju, Minho oppa yang ada di dalam tubuhku kututup matanya, dan sebaliknya. Bagaimana?” usulku. Minho oppa pun setuju setelah terdiam sejenak. Ya, hanya itu yang bisa kami lakukan. Memangnya kami bisa apa lagi dalam keadaan seperti ini…
*Sang Haeyo’s POV*
“Hei, ayo bangun! Hari ini kita akan sangat sibuk!” ujar seseorang menggoncang-goncang tubuhku. “Hari ini aku bolos saja, deh. Aku baru tidur jam 1 tadi pagi gara-gara tugas-tugas sialan itu!” jawabku sambil menarik selimutku lebih rapat ke badan.
“Jam 1? Jam 1 apanya? Jam 11 saja kau sudah mendengkur! Jangan bohong kau, Minho, aku masih ingat!” ujar seseorang itu lagi. Kali ini dengan nada lebih tinggi. “Huh!” Mau tidak mau aku mengucek-ucek mataku yang masih lengket ini, dan kemudian…
”OMO!!” teriakku.
Seseorang yang membangunkanku tadi tersentak kaget, lalu memukul ringan kepalaku.
“Ya! Ada apa? Kenapa kau melihatku seperti melihat hantu?” Dahinya berkerut, kesal.
“O..On..Onew oppa??!!” jeritku terbata.
“Mwo?” orang di hadapanku ini terdiam lalu tertawa dengan nadanya yang khas.
“Kau mencoba melawak, ya? Atau kau sedang melatih aktingmu? Ya, ya..Aku tahu, sejak drama ‘Pianist’ mu sukses, kau jadi sering latihan acting, kan? Tapi sekarang, cepatlah siap-siap. Jadwal kita padat!” ucapnya kembali serius.
“Dan kau mimpi apa semalam? Kenapa kau memanggilku ‘oppa’? Taemin yang “cantik” saja memanggilku ‘hyung’,” sambungnya.
Ha? Apa aku tampak seperti laki-laki? Aku masih memperhatikan Onew oppa dengan keheranan. Belum sempat keherananku terjawab, tiba-tiba pintu kamar terbuka.
“Ya! Minho! Semalam kau apakan komputerku? Sekarang CPU nya rusak. Memang kau ini kalau sudah bermain game, ya. Setelah milik Onew hyung, sekarang milikku yang jadi korbanmu!” ujarnya kepadaku sambil geleng-geleng, kesal.
“Jonghyun oppa!” teriakku padanya. “Hei, sesungguhnya kenapa oppa berdua ada di sini? Apakah ini termasuk acara televisi semacam memberi surprise untuk fans?” tanyaku polos.
Jonghyun dan Onew oppa saling berpandangan bingung. Lalu Jonghyun oppa mendekat dan memegang keningku. “Dahinya tidak panas kok, hyung.” ujarnya pada Onew oppa.
“Minho, kenapa kau ini? Masih bermimpi?” tanya Onew oppa kebingungan. Apa katanya? Minho? “Eh..emm..aku memang penggemar berat Minho, tapi namaku tentu saja bukan Minho. Namaku Sang Haeyo,” ujarku gugup campur bingung.
Mereka berdua semakin keheranan. Lalu Jonghyun oppa menarikku menghadap ke cermin dan…”KYAAAA..!! M-Min..Minho oppa??!!” Aku menepuk-nepuk pipiku dan memandang sekujur tubuhku di depan cermin. Nyawaku ada dalam tubuh Minho??!!
Jonghyun dan Onew oppa spontan melompat mundur. Lalu datanglah Taemin dan Key oppa. “Kalian bertiga ini sedang apa sih?” seru Key. “Ada apa hyung? Barusan kami dengar kau berteriak keras sekali.” sambung Taemin. Yang lain hanya mengangguk-angguk mengiyakan Taemin.
Gawat! pikirku. Sekarang keempat pasang mata itu menatapku. Aku harus bilang apa? Aku sendiri tak tahu apa yang terjadi, tiba-tiba aku sudah berada di sini, di dalam tubuh Minho! Aku hanya menunduk dengan gelisah. Peluh mengalir perlahan di leherku, hingga akhirnya kudengar derap langkah lari menuju ruangan ini.
Ah! Itu kan aku! Aku membelalak tak percaya. Sedangkan “diriku” tersebut juga kaget melihatku dalam wujud seorang Minho. Ia langsung menghampiriku tanpa menghiraukan pertanyaan-pertanyaan member-member lainnya.
“Siapa kau?”
“Hei..Bagaimana bisa kau masuk ke dorm kami?”
Tak satupun pertanyaan mereka terjawab. “Diriku” tersebut langsung bertanya, “Hei..apa yang terjadi? Kenapa aku bisa di dalam tubuhmu dan kau di dalam tubuhku?” tanyanya sambil mengatur napas karena lelah. “Minho, kau mengenalnya?” tanya Onew oppa padaku.
Tiba-tiba Minho oppa menghadap ke arah member-member lain. “Ya! Dengar, kalian harus percaya padaku. Aku, Minho. Aku juga tak tahu kenapa aku bisa tiba-tiba ada di dalam tubuh gadis ini,” katanya sambil menunjukku. “Sejak tadi pagi, ketika aku bangun tidur,” lanjutnya. Segera kusambung, “Benar! Aku juga sejak tadi pagi. Aneh sekali rasanya melihat Onew oppa, begitu aku membuka mata.”
“Omona..Pantas saja dia memanggilku ‘oppa’.” kata Onew oppa. “Iya, dan dia mengira kami ini sedang syuting acara semacam surprise untuk fans,” Jonghyun oppa menimpali. “Dan pantas saja Noona ini bisa masuk ke dorm kita, ternyata dia Minho hyung.” celetuk Taemin. “Iya. Tentu saja aku tau angka-angka password untuk membuka pintu masuknya, kan?” jawab Minho, kali ini agak sedikit lega.
Walaupun masih tak percaya dengan apa yang terjadi, Onew oppa berusaha tenang dan mengajak kami semua duduk. “Jadi, bagaimana kita bisa mengembalikan kalian seperti semula?”. Hanya itu pertanyaan yang bisa dilontarkan. Kami semua putus asa.
*tulit tulit*
Nada sms yang masuk ke handphone Onew oppa memecah keheningan. Ia pun segera membacanya. “Apa isi smsnya, hyung?” tanya Jonghyun oppa. Onew oppa masih terdiam membaca sms tersebut, membuat kami khawatir, hingga akhirnya keluar sepatah kata dari mulutnya, “Kita…” ucapnya pelan.
“Kita apa, hyung?” tanya Key oppa tak sabar. “Iya, kita apa?? Cepat bilang!” kata Taemin. Semua menatapnya termasuk aku. Akhirnya Onew oppa pun melanjutkan, “Kita..Hari ini kita…” lanjutnya dengan mimik serius. Semuanya menanti Onew oppa melanjutkan ucapannya. Suasana begitu hening hingga akhirnya “diledakkan” oleh jawaban Onew oppa…
“HARI INI KITA LIBUUUUUUUUUUUUUUUURRRRRRRRRRR…!!!” serunya girang. Member-member yang lain langsung melompat-lompat senang, tak terkecuali Minho oppa yang berada dalam tubuhku! Aku masih tetap duduk dan memandang kegirangan mereka sambil tertawa kecil. Ternyata mereka semua memang seperti ini. Tidak di depan kamera pun, tetap saja gila. Hehehehe..Benar-benar tak bisa kupercaya, gumamku.
Onew oppa melanjutkan jawabannya setelah semuanya tenang, “Manager hyung bilang kalau pelatih kita sedang ada urusan mendadak. Jadi kita libur hari ini.”
Tiba-tiba Minho oppa menepuk dahi, seperti teringat sesuatu, “Ah!! Ngomong-ngomong, bagaimana dengan kau kalau menggantikanku besok??” tanyanya padaku yang masih berada dalam tubuhnya.
“Oh..iya benar, kau bisa rap dan menari, tidak?” tanya Key. Aish..iya ya, sekarang kan aku berada dalam tubuh Minho yang adalah salah satu anggota SHINee!! Jadi aku harus bisa, paling tidak rap (yang adalah bagian utama Minho oppa) sekaligus menari! Gawat!! Semuanya menungguku membuka mulut.
Lalu kataku akhirnya, “Ti-Tidak.” Langsung saja mereka berubah ekspresi. Ada yang menggeleng putus asa, ada yang langsung mendengus kecewa. Sementara Minho oppa menunduk sambil menutupi wajahnya sejenak. Kudengar dia bergumam pelan, “Ottokae…”. Aku langsung merasa bersalah. Kugigit bibirku, berusaha menahan tangis, agar mereka tidak semakin direpotkan olehku.
“Jangan pesimis dulu..” kata Onew oppa tiba-tiba. Kontan semua member langsung melihatnya dengan pandangan penuh harap. “Kita masih punya waktu mengajarinya, kan?” ujarnya sambil tersenyum ke arahku. “Baiklah..Kita ajari saja dia,” ucap Key yang diikuti dengan anggukan para member lain.
“Oya, ngomong-ngomong, apa kegiatanmu? Kuliah atau sudah bekerja?” tanya Jonghyun oppa. “Aku kuliah di fakultas Sastra Inggris,” jawabku sambil tersenyum. “Mwo?? Sastra Inggris?? Habislah aku! Aku kan tidak bisa bahasa Inggris dengan baik. Bagaimana kalau aku menggantikanmu kuliah nanti??!!” Minho oppa tiba-tiba panik. “Aish..Mengapa kau tidak tertukar nyawanya dengan Key saja?” sambungnya lagi.
Sementara para member lain hanya terkekeh geli. “Michyeoso..ini seperti di dalam mimpi saja. Eh, bahkan di dalam mimpi pun aku belum pernah tertukar nyawanya dengan orang lain,” kata Key oppa.
“Oya, Haeyo, tadi ayahmu bilang kalau temanmu menjemput untuk berangkat kuliah bersama. Aku baru ingat!” kata Minho oppa tiba-tiba. “Ah..iya!! Aduh..pasti Kyung Mi sedang kebingungan mencariku sekarang. Mana ponselku di rumah. Oppa tadi bilang apa pada ayahku?” Aku langsung kebakaran jenggot. “Aku bilang saja kalau aku sedang tidak enak badan. Lalu setelah ayahmu menyampaikannya pada temanmu itu, dia berangkat kerja, dan aku kabur ke sini. Lihat saja, sepanjang jalan orang-orang menatapku yang masih menggunakan piyama dan sandal boneka ini,” gerutunya.
“Oh iya..jadi bagaimana nanti kalau kalian akan mandi atau ganti baju?” tanya Taemin polos. Aku dan Minho oppa langsung berpandangan dengan gugup. “Ah, begini saja, setelah ini, kita ke rumahku, lalu saat aku akan mandi dan ganti baju, Minho oppa yang ada di dalam tubuhku kututup matanya, dan sebaliknya. Bagaimana?” usulku. Minho oppa pun setuju setelah terdiam sejenak. Ya, hanya itu yang bisa kami lakukan. Memangnya kami bisa apa lagi dalam keadaan seperti ini…
***
*Minho’s POV*
Benar apa kata Key, tertukar nyawa seperti ini sungguh gila! Seperti mimpi saja…selain itu, juga merepotkan! Bayangkan, mau mandi saja, kami harus menutup mata segala! Rasanya seperti mandi biasanya. Bedanya, kau bisa melihat wajahmu sendiri tanpa harus melihat cermin! Gila, kan? Kalau ke toilet pun, kami juga saling berjanji akan menutup mata masing-masing.
Selain itu, aku juga harus mempelajari materi-materi kuliah milik Haeyo. Oh Tuhan, aku yang biasa melakukan rap dan bergerak ke sana kemari, sekarang harus duduk diam membaca tulisan-tulisan yang tidak kupahami. Sungguh, ini benar-benar…Ah sudahlah! Untung saja Haeyo adalah gadis lembut dan sabar menghadapiku yang susah mengerti bahasa Inggris ini.
Hmm..ini karena aku juga tidak tega melihatnya susah payah berlatih rap dan menari demi menggantikanku. Kalau aku dan para member lain melihatnya berlatih, rasanya kami ingin terbahak karena rap nya kacau dan gerakan menarinya sungguh kaku sekali seperti robot. Haha..Tapi selalu kami tahan karena melihat raut wajahnya yang sungguh serius berlatih, seperti tidak ingin mempermalukanku. Aku sangat menghargai usahanya.
Siang ini, ketika aku belajar di rumah Haeyo, untung saja rumahnya sepi karena rupanya ia anak tunggal. Rumahnya jadi terlihat begitu besar karena ia hanya tinggal dengan ayah dan pembantu rumah tangganya, sekaligus yang menjadi pengasuh setianya sejak kecil. Ibunya sudah meninggal. Rupanya kami bernasib sama, kehilangan salah satu orangtua kami.
“Oppa, coba baca ini…” katanya, yang sesaat membuyarkan lamunanku. Pada saat yang sama, handphone Haeyo berdering. Kulihat layarnya, “Telepon dari Kyung Mi. Aku harus jawab apa?” tanyaku bingung. “Ja…Jawab saja kalau aku sengaja membolos karena mengerjakan tugas sampai jam 1,” ujarnya panik, sementara telepon masih menunggu untuk diangkat. Segera kutekan tombol untuk menjawab teleponnya dan kupilih mode loudspeaker agar Haeyo bisa mendengar percakapannya juga.
“Yoboseyo…”
“Kau sedang tidak enak badan?!”
“Ah tidak…Sebenarnya aku sengaja membolos…Malas sekali rasanya…Tadi malam aku mengerjakan tugas sampai jam 1 pagi.”
“Jinja?? Hahahahahahahahhaha!”
“Kenapa kau tertawa?”
“Kalau ku beritahu, pasti kau akan menyesal!”
“Memangnya ada apa sih?!”
“Tugas-tugasnya diundur karena kita akan libur sampai minggu depan. Besok semua dosen akan menghadiri seminar internasional di Jepang! Dan coba tebak…sedang apa aku sekarang?”
“Kau sedang berbicara denganku di telepon!”
“Hahahahahaha.. Iya, tapi aku juga sedang berkemas-kemas karena besok aku dan keluargaku akan berlibuuuuuuuuuurrr..!!”
“Mendadak sekali!”
“Kau lupa?? Seharusnya kan seminar itu sudah minggu lalu, tapi karena tempatnya belum bisa dipastikan, jadi dilaksanakan minggu ini, dan sebagai gantinya, kita libuuuuuuuuuuurrr..!! Ah, sudah ya Haeyo, aku sedang sibuk berkemas. Annyeooonnngg..!!”
“Yeeeee…!!” sorak Haeyo setelah telepon ditutup. “Selamat, Oppa! Setidaknya kau tidak harus belajar hari ini!” serunya senang.
“Benar!” seruku sambil tertawa dengan lega. “Oya, ngomong-ngomong apakah temanmu ini penyiar radio?” tanyaku.
“Anyi..Wae?” tanyanya. “Habis bicaranya heboh sekali dan tidak putus-putus. Cerewet sekali.” keluhku.
“Hahahaha..dia memang begitu. Tapi sebenarnya dia bisa jadi pendiam juga lho, kalau sedang tidur, sakit, dan…jika sedang jatuh cinta,” ucapku terkekeh.
Aku jadi ikut terkekeh mendengarnya. “Ngomong-ngomong, apa kau punya pacar?” tanyaku. Wajah Haeyo langsung memerah. Dalam hati aku geli melihatnya. “Tidak. Kenapa?,” jawabnya. “Oh..syukurlah..Kalau kau punya, gawat sekali jika aku yang harus menggantikanmu berpacaran. Kan aku laki-laki juga!” Aku terkekeh. Ia pun ikut terkekeh, tapi wajahnya sedikit kecewa. Aku jadi tersenyum penuh arti.
Benar apa kata Key, tertukar nyawa seperti ini sungguh gila! Seperti mimpi saja…selain itu, juga merepotkan! Bayangkan, mau mandi saja, kami harus menutup mata segala! Rasanya seperti mandi biasanya. Bedanya, kau bisa melihat wajahmu sendiri tanpa harus melihat cermin! Gila, kan? Kalau ke toilet pun, kami juga saling berjanji akan menutup mata masing-masing.
Selain itu, aku juga harus mempelajari materi-materi kuliah milik Haeyo. Oh Tuhan, aku yang biasa melakukan rap dan bergerak ke sana kemari, sekarang harus duduk diam membaca tulisan-tulisan yang tidak kupahami. Sungguh, ini benar-benar…Ah sudahlah! Untung saja Haeyo adalah gadis lembut dan sabar menghadapiku yang susah mengerti bahasa Inggris ini.
Hmm..ini karena aku juga tidak tega melihatnya susah payah berlatih rap dan menari demi menggantikanku. Kalau aku dan para member lain melihatnya berlatih, rasanya kami ingin terbahak karena rap nya kacau dan gerakan menarinya sungguh kaku sekali seperti robot. Haha..Tapi selalu kami tahan karena melihat raut wajahnya yang sungguh serius berlatih, seperti tidak ingin mempermalukanku. Aku sangat menghargai usahanya.
Siang ini, ketika aku belajar di rumah Haeyo, untung saja rumahnya sepi karena rupanya ia anak tunggal. Rumahnya jadi terlihat begitu besar karena ia hanya tinggal dengan ayah dan pembantu rumah tangganya, sekaligus yang menjadi pengasuh setianya sejak kecil. Ibunya sudah meninggal. Rupanya kami bernasib sama, kehilangan salah satu orangtua kami.
“Oppa, coba baca ini…” katanya, yang sesaat membuyarkan lamunanku. Pada saat yang sama, handphone Haeyo berdering. Kulihat layarnya, “Telepon dari Kyung Mi. Aku harus jawab apa?” tanyaku bingung. “Ja…Jawab saja kalau aku sengaja membolos karena mengerjakan tugas sampai jam 1,” ujarnya panik, sementara telepon masih menunggu untuk diangkat. Segera kutekan tombol untuk menjawab teleponnya dan kupilih mode loudspeaker agar Haeyo bisa mendengar percakapannya juga.
“Yoboseyo…”
“Kau sedang tidak enak badan?!”
“Ah tidak…Sebenarnya aku sengaja membolos…Malas sekali rasanya…Tadi malam aku mengerjakan tugas sampai jam 1 pagi.”
“Jinja?? Hahahahahahahahhaha!”
“Kenapa kau tertawa?”
“Kalau ku beritahu, pasti kau akan menyesal!”
“Memangnya ada apa sih?!”
“Tugas-tugasnya diundur karena kita akan libur sampai minggu depan. Besok semua dosen akan menghadiri seminar internasional di Jepang! Dan coba tebak…sedang apa aku sekarang?”
“Kau sedang berbicara denganku di telepon!”
“Hahahahahaha.. Iya, tapi aku juga sedang berkemas-kemas karena besok aku dan keluargaku akan berlibuuuuuuuuuurrr..!!”
“Mendadak sekali!”
“Kau lupa?? Seharusnya kan seminar itu sudah minggu lalu, tapi karena tempatnya belum bisa dipastikan, jadi dilaksanakan minggu ini, dan sebagai gantinya, kita libuuuuuuuuuuurrr..!! Ah, sudah ya Haeyo, aku sedang sibuk berkemas. Annyeooonnngg..!!”
“Yeeeee…!!” sorak Haeyo setelah telepon ditutup. “Selamat, Oppa! Setidaknya kau tidak harus belajar hari ini!” serunya senang.
“Benar!” seruku sambil tertawa dengan lega. “Oya, ngomong-ngomong apakah temanmu ini penyiar radio?” tanyaku.
“Anyi..Wae?” tanyanya. “Habis bicaranya heboh sekali dan tidak putus-putus. Cerewet sekali.” keluhku.
“Hahahaha..dia memang begitu. Tapi sebenarnya dia bisa jadi pendiam juga lho, kalau sedang tidur, sakit, dan…jika sedang jatuh cinta,” ucapku terkekeh.
Aku jadi ikut terkekeh mendengarnya. “Ngomong-ngomong, apa kau punya pacar?” tanyaku. Wajah Haeyo langsung memerah. Dalam hati aku geli melihatnya. “Tidak. Kenapa?,” jawabnya. “Oh..syukurlah..Kalau kau punya, gawat sekali jika aku yang harus menggantikanmu berpacaran. Kan aku laki-laki juga!” Aku terkekeh. Ia pun ikut terkekeh, tapi wajahnya sedikit kecewa. Aku jadi tersenyum penuh arti.
***
Sepulangnya Haeyo, aku bingung harus berbuat apa. Hmm..Masih sore. Jam masih menunjukkan pukul 5. Akhirnya kuputuskan saja untuk jalan-jalan sendirian. Aku menuju kamar Haeyo untuk mencari-cari apakah ada topi dan kacamata hitam. Setelah kutemukan, aku baru sadar ketika menghadap cermin, eh..untuk apa aku memakai ini semua? Sekarang kan aku berada di tubuh Sang Haeyo, bukan Choi Minho! Cepat-cepat aku keluar rumah dengan riang. Tak lupa aku berpamitan pada pembantu di rumah Haeyo.
Ah, senangnya…!! Sudah lama aku tidak jalan-jalan dengan bebas seperti ini. Aku menyusuri jalanan sambil menikmati angin sepoi-sepoi. Tak lupa aku mampir ke game center, taman ria, dan ke kedai es krim, tempat aku bertemu Haeyo pertama kali. Andai aku bisa selamanya seperti ini…
Ah, senangnya…!! Sudah lama aku tidak jalan-jalan dengan bebas seperti ini. Aku menyusuri jalanan sambil menikmati angin sepoi-sepoi. Tak lupa aku mampir ke game center, taman ria, dan ke kedai es krim, tempat aku bertemu Haeyo pertama kali. Andai aku bisa selamanya seperti ini…
***
Malam hari di dorm SHINee…
*Sang Haeyo’s POV*
“Haeyo, kau santai saja, anggap saja seperti di rumahmu sendiri,” ujar Onew oppa. “Iya, kau juga boleh kok, meminjam PSP ku, Noona,” timpal Taemin. “Ne…gomawo..” jawabku sambil tersenyum. Rasanya canggung sekali berhadapan dengan para member SHINee walaupun mereka sudah begitu hangat terhadapku. Apalagi aku kan perempuan, walau sekarang “tubuh baru”ku ini laki-laki yang tak lain adalah idolaku sendiri.
Kemudian agar tidak terlalu kaku, aku mulai bercerita pada mereka. Tentang bagaimana aku mengagumi SHINee, melihat Minho oppa di kedai es krim, sampai permohonanku waktu melihat bintang jatuh kemarin malam. “Padahal aku hanya meminta untuk bertemu Minho oppa sekali lagi lho, aku tidak minta bahkan tidak terpikir olehku untuk bertukar nyawa seperti ini. Aneh bin ajaib, kan?” ujarku pada mereka.
“Lalu bagaimana ya caranya agar kalian bisa kembali lagi?”
“Ah, aku tahu! Bagaimana kalau kita benturkan saja kepala Minho hyung dan Haeyo noona. Seperti di film-film, siapa tahu cara itu manjur!” celetuk Taemin dengan wajah innocent nya.
“Gila kau! Benturkan saja kepalamu sendiri!” ucap yang lain. “Hmpf..Aku tidak tahu harus bagaimana. Hanya bisa berdoa saja.” ucapku putus asa. “Yah…tenangkan dirimu dulu. Sebaiknya kau tidur saja sekarang. Sudah larut malam. Kau tidur saja di tempat tidur Minho. Atau kalau kau merasa tidak nyaman karena ada kami, kami tidur di sini saja,” kata Onew oppa sambil menunjuk sofa dan karpet di depan TV.
“Jangan..Jangan!” Aku langsung merasa tak enak hati. “Biar aku saja yang tidur di sofa,” cegahku. “Jangan!” balas Onew oppa. “Kau kan perempuan,” katanya lagi. “Tidak apa, memangnya kenapa kalau aku perempuan?” tanyaku sambil tersenyum. “Kan cuma mau tidur saja, bukan angkat besi..” Kuyakinkan mereka bahwa aku akan baik-baik saja.
Key oppa tiba-tiba menyela,”Ya! Sudahlah..Daripada kalian berebut tidur di sofa, begini saja, Haeyo di tempat tidur Minho, Onew hyung tidur di sofa, dan aku di tempat tidur Onew hyung,” ujarnya diikuti jitakan di kepalanya oleh Onew oppa.
Akhirnya setelah aku memaksa, aku tidur di sofa. Pikiranku tertuju pada ayah, Kyung Mi, dan teman-teman yang lain. Tanpa terasa aku pun menangis sambil berdoa dalam hati, “Tuhan, aku ingin kembali seperti semula. Aku ingin bertemu appa, Kyung Mi, teman-teman di kampus, bahkan aku ingin bertemu Soo Man sonsaengnim yang “kejam” itu. Tidak apa jika ia memberi segunung tugas, asal aku bisa menjadi Sang Haeyo lagi…”
***
Malam hari di kamar Haeyo…
*Choi Minho’s POV*
“Haeyo…” panggil ayah Haeyo.
“Ne, ahjussi..eh, maksudku, appa.” Aku harus membiasakan diri memanggilnya appa selama aku masih berada di dalam tubuh Haeyo, yang entah sampai kapan.
“Bagaimana keadaanmu? Sudah baik?” tanyanya.
“Ne, appa.” Tidak mungkin kan kalau kubilang bahwa tadi pagi sudah berbohong. “Oh iya appa, mulai besok kuliahku libur 1 minggu karena dosen-dosennya ada seminar internasional di Jepang.” Teringat olehku pesan Kyung Mi tadi pagi.
“Oya? Baiklah besok appa akan pulang kerja lebih awal agar kita bisa jalan-jalan.”
“Jangan, Appa. Nanti mengganggu pekerjaan Appa. Tidak apa kok, besok aku akan pergi main saja,” cegahku.
“Tak apa, Haeyo. Kau pergi main pagi atau siang, lalu kita jalan-jalan sorenya, ya. Sekarang kau cepat tidur. Sudah malam.”
Ayah Haeyo mencium keningku sebelum keluar kamar. Aku sendirian lagi. Tiba-tiba aku merasa bersalah pada Haeyo. Tadi aku jalan-jalan sore yang seharusnya adalah waktu santai Haeyo, sementara dia bersusah payah berlatih bersama teman-temanku, bahkan tadi ia juga latihan memperkenalkan dirinya sebagai Choi Minho, juga mencoba membuat tanda tanganku karena besok siang kami akan jumpa fans. Barusan, aku menerima kecupan di kening dari ayah, yang seharusnya diterima Haeyo, dan besok aku akan jalan-jalan bersama ayah, yang seharusnya juga dinikmati oleh gadis itu. “Tuhan, aku tidak ingin melihatnya kesusahan gara-gara aku, sementara aku bersenang-senang di sini,” doaku sebelum terlelap.
***
*Haeyo’s POV*
Hatiku berdebar-debar tak karuan. Sekarang aku berada di depan sejumlah orang yang entah berapa banyaknya ini, juga dihujani oleh blitz-blitz kamera yang, terus terang saja, sangat menggangguku. Aku semakin kagum pada SHINee dan artis-artis lain, bagaimana mereka bisa bertahan dalam keadaan gaduh seperti ini. Untung saja hari ini acaranya hanya menyapa dan main macam-macam game bersama fans, yang tidak mengharuskan SHINee melakukan perform seperti di atas panggung.
Kalau harus perform, matilah aku. Aku kan baru beberapa kali saja berlatih bersama SHINee. Masih sangat kaku dalam menari, dan dalam hal rap, malah sangat kacau. Untunglah mereka tidak pernah membentak apalagi memarahiku.
Nah, akhirnya tibalah waktu SHINee bermain game bersama fans. MC pun sudah hampir membuka acara game tersebut, tetapi disela oleh seorang anak perempuan kecil, sekitar 6 tahun, yang sepertinya diantar oleh kakaknya, ke tempat si MC berdiri. MC pun menyampaikan pesan anak kecil itu, setelah ia dibisiki sesuatu oleh kakaknya. “Wah..rupanya ada permintaan dari anak yang manis ini. Siapa namamu, anak manis?” tanya MC sambil menyodorkan microphone pada anak itu. “Annyeonghaseyo, Sunny imnida,” ujarnya. Lucu sekali anak ini, gumamku. Sayang sekali aku tidak punya adik.
“Ada yang ingin kau sampaikan pada SHINee oppa?” tanya MC itu.
“SHINee oppa, nan neomu johaeyo.” ujar anak kecil itu. Aku dan para member SHINee yang lain tersenyum geli sekaligus senang melihatnya. “Siapa yang paling kau sukai di antara SHINee oppa?” tanya MC lagi. “Minho oppa,” jawab anak itu malu-malu. Semuanya langsung melihat ke arahku, termasuk anak kecil itu. Aku jadi makin gugup, tapi tetap berusaha untuk menunjukkan senyumku. Aku tidak boleh mempermalukan Minho oppa. Aku harus menjaga reputasinya, tekadku dalam hati. “Kau ingin bilang apa pada Minho oppa?” MC itu kembali bertanya setelah sebelumnya tersenyum geli melihat anak ini begitu lucu dan berani.
Lalu anak kecil itupun berjalan mendekat ke arahku, “Oppa…”.
“Ne?” ujarku sambil tersenyum dan membungkukkan badanku agar lebih dekat ke arahnya. “Aku ingin melihatmu menari,” pintanya. APA??!! ujarku dalam hati. Mati aku!! Yang kutakutkan kenapa malah terjadi?? Semua member lain tidak dapat menyembunyikan kecemasannya ketika melihat ke arahku. Ya Tuhan, ottokaejyo? Aku harus bagaimana? Aku tidak boleh mengecewakan anak ini, juga tidak boleh mempermalukan Minho oppa di depan fansnya. Ya Tuhan, kumohon, tolong aku! batinku sambil maju selangkah ke depan untuk siap-siap menari…
***
*Choi Minho’s POV*
Masih ada waktu sebelum ayah Haeyo mengajakku jalan-jalan, aku pergi menuju dorm, sudah tak sabar ingin menanyakan bagaimana jumpa fans siang ini. Aku penasaran apakah Haeyo bisa menggantikanku dengan baik. Sungguh sial tadi aku tidak bisa datang ketika mereka jumpa fans, hanya gara-gara aku terlambat bangun! Ketika kubuka pintu dorm, semuanya sedang berkumpul dan tampak kaget ketika melihatku masuk tiba-tiba. Langsung saja wajah mereka semua muram, termasuk Haeyo yang ada di tubuhku.
“Ya! Bagaimana acara tadi?” tanyaku khawatir. “Menurutmu bagaimana?” jawab Onew hyung dengan tatapan kosong. “Mianhae oppa, tadi aku menari dengan kacau sekali, dan fans satu per satu pulang gara-gara aku,” ujar Haeyo sambil membungkuk dalam-dalam ke arahku. Suaranya terdengar gemetar. “Menari? Ada fans yang memintaku menari?” tanyaku cemas. Semuanya mengangguk. Aku terdiam, bingung harus berkata apa. Memarahi Haeyo juga rasanya tidak tega karena ingat raut wajah seriusnya ketika sedang berlatih. “Makanya, kau serius sedikit kalau berlatih! Masih untung tadi tidak ada fans yang memintamu melakukan rap!” Key membentak Haeyo, sementara Haeyo mulai menangis, yang membuatku semakin tidak tega. “Ya! Sudahlah! Semuanya sudah terjadi dan dia sudah berusaha sebaik mungkin!” belaku. Taemin yang biasanya selalu tersenyum pun, hanya masuk ke kamar dan membanting pintu. Yang lain pun meninggalkan tempat itu. Tak satupun peduli pada Haeyo yang semakin terisak dan menunduk.
“Jeongmal mianhae…” katanya lagi, di tengah isak tangisnya, ketika aku sudah berada di sebelahnya. “Gwenchana…” ujarku sambil merangkulnya, berharap dia lebih tenang. Kami berdua terdiam. Seketika ruangan tempat kami berkumpul dan bercanda itu seolah tanpa penghuni. Aku bingung harus bagaimana. Teman-teman lain tidak ada yang mau bicara pada kami. “Haeyo,” panggilku, memecah keheningan. Ia menatapku tapi tidak bicara apapun. “Sudahlah, lupakan saja ya, kejadian hari ini. Masih bisa diperbaiki lagi, kok. Selain itu, para member lain tak mungkin memusuhimu. Pasti yang barusan itu hanya emosi sesaat. Percayalah, kan aku kenal mereka semua,” hiburku. “Arasso…Gomawo…”. Walaupun ia menjawab seperti itu, masih bisa kulihat kecemasan di matanya. Dalam keadaan seperti ini, aku semakin tidak tega memberitahunya kalau sore ini dia sebenarnya bisa bersenang-senang bersama ayahnya. Bukannya terjebak dalam situasi yang seharusnya tidak ia alami saat ini.
Kutarik nafas panjang, dan sambil kupikirkan cara memberitahunya, kuambil remote di meja dan mulai kunyalakan televisi, sekaligus untuk mengurangi kecanggungan di antara kami. Aku melirik Haeyo yang sedang menghapus air mata, sambil kupindah-pindah channel televisi, hingga akhirnya ada sekilas liputan tentang jumpa fans SHINee tadi siang. Dan...sial! Ternyata teman-teman, bahkan Haeyo pun ikut membohongiku rupanya!
#FLASHBACK#
*Haeyo’s POV*
Melihatku maju, Sunny pun tersenyum riang. MC bertanya lagi pada Sunny,“Kau sering menonton penampilan Minho oppa?”. “Ne…Aku sering menontonnya. Dia keren sekali,” jawabnya, antusias. Apa dia bilang? Sering? Ah..tiba-tiba aku dapat ide! Aku membungkuk lagi ke arahnya dan bertanya,”Benarkah kau sering menonton oppa?” tanyaku. “Tentu saja. Oppa hebat!” katanya sambil mengangkat jempol. “Wah..Kamsahamnida..Nah, bagaimana kalau sekarang kau tunjukkan tarianmu pada oppa dan semua yang ada di sini? Kami semua kan belum pernah melihatnya, sedangkan kau dan juga yang ada di sini sudah sering melihat oppa menari.” kataku dengan lembut, sambil tersenyum.
Sejenak anak itu tampak ragu, tapi kemudian aku berusaha mendukungnya,”Jangan takut, anak manis. Oppa akan ada di sampingmu, mengikuti gerakanmu. Tunjukkan pada mereka semua kalau kau bisa lebih hebat daripada oppa,” ujarku mantap sambil menggenggam tangan kecilnya. Fans pun bersorak-sorak memberi semangat. “Kalian semua setujuuuu??” tanyaku sambil menyodorkan microphone pada fans. “Setujuuuuuuuuuu..!!” jawab mereka diiringi teriakan histeris. SHINee oppa dan MC pun bertepuk tangan sambil meneriakkan nama Sunny, memberi semangat.
“Jinja?” tanya Sunny padaku dengan mata berbinar. “Jinja.” ujarku sambil menunjukkan kelingkingku padanya.” Ia pun mengaitkan kelingking mungilnya pada kelingkingku. Musik pun dimulai dan ia pun mulai menaruh kedua tangannya di pinggang. Aku mengikutinya. Sejenak aku menoleh pada para member SHINee yang lain, dan seperti dugaanku, mereka juga mengikuti gerakan Sunny. Ah, mereka semua memang baik sekali, gumamku. Setelah menaruh tangannya di pinggang, Sunny pun berputar sekali, lalu melompat-lompat sambil bertepuk tangan. Kemudian satu tangannya membentuk angka dua, dan melewatkannya pelan-pelan di depan mata, sementara tangan satunya di pinggang, sambil menggoyangkan pinggulnya. Lucu sekali! =D Gerakan akhirnya, ia berputar lagi, dan merentangkan tangannya. Aku dan SHINee oppa yang lain mengikuti semua gerakannya, sementara fans bersorak riuh rendah, seperti yang biasa kudengar di televisi ketika mereka tampil LIVE.
Setelah menari, Sunny tampak lega dan ia langsung memelukku. Aku sedikit kaget, tapi aku tetap membalas pelukannya, dan ia berkata, “Oppa, jeongmal kamsahamnida.”
“Cheonmaneyo,” balasku sambil menepuk kepalanya. “Kapan-kapan boleh kita menari bersama lagi?” tanyanya. “Tentu saja.” jawabku, sementara teriakan histeris fans makin menjadi ketika para member SHINee yang lain turut memeluk Sunny. Aku merasa begitu lega. Terimakasih Tuhan, kataku dalam hati. Dan dalam hati juga, aku merasa iba pada Sunny, karena yang sesungguhnya mendukungnya untuk menari di depan para fans, mengikuti gerakannya, dan yang barusan dipeluknya bukanlah seorang Choi Minho dari SHINee, melainkan hanyalah seorang gadis biasa, tidak bisa menari, dan terjebak dalam tubuh Minho. Semoga suatu saat nanti kau bisa menari bersama Choi Minho yang asli ya, Sunny…
Sesaat setelah jumpa fans…
“Ya! Haeyo ternyata kau GILA,ya!!” kata Key oppa padaku, diiringi anggukan para member sambil menatap ke arahku. “Jeongmal mianhaeyo…Hanya itu yang bisa kulakukan karena aku tidak bisa menari,” ujarku sambil menunduk, tak berani menatap mereka satu per satu. Aku masih menunduk ketika suasana hening. “Bodoh!” sambung Jonghyun oppa. Ucapannya semakin membuatku merasa bersalah. “Kenapa minta maaf segala?” lanjutnya santai. Perlahan aku mengangkat kepalaku dan ternyata mereka sedang tersenyum. “Jeongmal gomawo, Haeyo-ah.” Mereka berterimakasih padaku, sementara aku masih bingung. “Tadi aku mau bilang, kau gila Haeyo, luar biasa!! Tapi kau sudah keburu minta maaf,” Key oppa menjelaskan sambil tertawa.
“Kau tahu tidak?” kali ini Onew oppa yang bicara padaku. “Tanpa sepengetahuanmu tadi, kami sudah menyusun strategi bagaimana kalau ada permintaan mendadak seperti yang dilakukan Sunny tadi,” ujarnya lagi. “Benar, tadi aku dan para hyung yang lain sudah akan menemani Noona menari ketika kau maju selangkah,” Taemin menjelaskan. “Agar Noona tidak takut dan menganggapnya seperti latihan yang kita lakukan bersama-sama.”
“Ne..Tapi kami membatalkannya setelah melihat bahwa kau bisa mengendalikan situasi seperti tadi.” komentar Onew oppa.
Aku semakin kagum saja pada mereka. Walaupun aku hanya Minho gadungan, tapi mereka bersedia menolong dan tetap menghargaiku seolah aku benar-benar bagian dari mereka. Aku pun balik berterimakasih karena mereka telah menghargai usahaku. Fiuhh..Terimakasih Tuhan >/\<
#FLASHBACK END#
“Haeyo, kau harus tanggung jawab, ya!” teriak Key tiba-tiba. Astaga, akan ada apa lagi ini?! batinku. “Tanggung jawab apa?” tanya Haeyo heran. “Perutku sakit gara-gara menahan tawa waktu di kamar tadi. Kau menangis lama sekali, sih.” ujarnya diselingi tawa. “Iya Haeyo, kami juga pegal menunggu di luar. Ayo sekarang pijit kami!” canda yang lain. Sementara Haeyo hanya terbahak-bahak. “Emm..Haeyo, sebenarnya sore ini kau diajak ayahmu jalan-jalan,” ucapku akhirnya, sambil menunggu reaksi Haeyo. “Chukkae,” Di luar dugaanku, Hae Yo malah tersenyum sambil memberi selamat padaku. “Nikmati saja, oppa. Sekali-kali kau perlu refreshing tanpa dikenali orang, kan? Tanpa perlu memakai kacamata hitam dan topi, seperti saat aku pertama kali melihatmu secara langsung,” lanjutnya polos.
Aku menatapnya tak percaya. Dalam hati aku kagum padanya. Yang kutahu, seorang anak tunggal hanya bisa bermanja-manja dengan orangtuanya, egois, dan mudah marah jika tidak dipenuhi keinginannya. Tapi Haeyo berbeda. Beruntung sekali nyawaku tertukar dengan gadis seperti dia =)
*Choi Minho’s POV*
Tak terasa, hari sudah larut. Kurebahkan diriku di tempat tidur sambil tersenyum senang. Baru saja aku menghabiskan waktu bersama seorang ayah. Walaupun ia bukan ayah kandungku, tapi aku merasa sangat bahagia. Tadi sore, ayah Haeyo mengajakku ke mal! Ia membelikan gaun yang indah untuk Haeyo. Dia bilang, itu kejutan karena ia tahu kalau Haeyo sudah lama menginginkan gaun itu. Aku hanya mewakili Haeyo menerima gaun tersebut dan berterimakasih, walau tentunya aku tak tahu apa-apa soal gaun itu. Dan ternyata ayah Haeyo masih berjiwa muda. Ia mengajakku main balap mobil di amusement park. Hebat juga Haeyo, ia perempuan tapi bisa main balap mobil.
Sungguh asyik sekali pergi bersamanya! Ia juga bercerita banyak ketika makan malam. Bercerita tentang klien kerjanya yang curang, bagaimana beliau menghadapi si curang tersebut, dan memberi beberapa nasehat. Ayah Haeyo sungguh berwibawa. “Haeyo, kelak kalau kau sudah masuk ke dunia kerja, kau harus siap jika bertemu banyak orang menyebalkan, yang mungkin lebih “kejam” daripada Soo Man sonsaengnim-mu itu.” ujarnya. Lalu ia tertawa kecil dan melanjutkan,”Tapi kau jangan pernah takut kalau kau benar. Kuncinya adalah jujur dan rendah hati. Hadiah pasti akan ada untuk orang-orang seperti itu. Dan perlu kau tahu, kadang hadiah terindah berada di dalam bungkusan yang buruk.”
“Maksud ayah?” tanyaku. “Contohnya adalah sakit penyakit. Tidak ada orang yang ingin terserang sakit penyakit, kan?” Aku mengangguk. “Nah, tapi tanpa kita sadari, sakit penyakit yang merupakan “bungkusan buruk rupa” itu berisi “hadiah terindah” berupa perhatian dari orang-orang terdekat kita, waktu istirahat sejenak dari rutinitas kita, dan kesadaran bahwa kesehatan itu penting,” jawabnya.
Aku terdiam mendengarnya. Kata-katanya sungguh mengena. Pantas saja Haeyo baik sekali. Rupanya dia dididik oleh orangtua yang seperti itu. Aku kembali tersenyum memikirkan kejadian tadi. Dan…kurasa, harus kuakui, aku…mulai suka pada Haeyo. Aku beranjak menuju cermin menatap sosok Haeyo yang sudah beberapa hari ini menjadi “cover” nyawaku. Kuamati wajah lembutnya, matanya yang coklat, hidungnya yang lancip,dan bibir mungilnya. Cantik juga kau Haeyo, gumamku. Hmm..Aku jadi tidak sabar ingin cepat besok dan menemuinya di dorm. Kutelepon Onew hyung, “Hyung, besok apa saja jadwal kita?”.
“Besok siang kita berlatih lagi. Koreografernya sudah kembali. Selain itu, kita juga harus rekaman single terbaru kita. Kau mengkhawatirkan Haeyo, ya?”
“Iya. Mau tidak mau dia harus menggantikanku, kan? Hmm..ngomong-ngomong dia sedang apa di situ?”
“Dia sudah tidur. Kelihatannya lelah sekali. Kasihan..Tentunya dia tidak terbiasa mengikuti kegiatan kita. Oh iya, kau belum tahu kan dia tidur di mana?”
“Tentu di tempat tidurku kan, hyung?”
“Tidak. Dia tidur di sofa! Dia bilang kasurmu bau!”
“Benarkah? Aish..Pasti jadi bau gara-gara kau!”
“Hehehehehehehe..tenang dulu. Dia tidur di sofa karena tidak ingin merepotkan kami semua, karena sebelumnya aku menawarkan padanya, kalau misal dia tidak nyaman karena sekamar dengan laki-laki, biar kami saja yang tidur di sofa. Tapi dia tidak mau. Dia bersikeras agar dia saja yang di sofa.”
“Mwo?? Jadi kalian semua membiarkan seorang gadis tidur di sofa??!!”
“Hey, tidak perlu berteriak seperti itu!! Kau jangan bilang padanya, ya. Sebenarnya aku tidur di dekatnya.”
“APA??!! Kau tidur di dekatnya??!! Kau tidak macam-macam kan, hyung??!!”
“Pikiranmu itu yang jangan macam-macam! Ketika dia sudah tidur, aku diam-diam tidur di kasur tipis di lantai, dekat sofa, karena aku mengkhawatirkannya. Dan semalam, aku mendengar dia menangis. Mungkin dia rindu rumahnya..Aku sungguh kasihan padanya..Huft..”
“Hyung, jaga dia baik-baik, ya! Jangan sampai dia menangis lagi. Apalagi, dia sudah sangat berusaha dalam menggantikanku selama ini.”
“Ne, kau jangan khawatir. Aku dan yang lain pasti menjaganya kok.”
“Oh..Baguslah. Kalau begitu, sampai ketemu besok pagi, Hyung!” Aku jadi makin tidak enak pada Haeyo. Dia menangis..Hmpf..Pasti dia sudah rindu sekali pada ayahnya dan juga temannya yang seperti penyiar radio itu. Bagaimana bisa dia begitu kuat? Bahkan tadi sempat tertawa-tawa bersamaku dan teman-teman yang lain. Tuhan, tolong kembalikan kami seperti semula…Aku tidak mau dia menangis lagi…
***
Pagi hari di dorm…
*Haeyo’s POV*
Wah..Dinginnya..Hoahhhhmm..Sekilas kulihat jam, rupanya masih jam 6.30. Aku masih ingin tidur lagi, tapi terhenyak ketika kulihat Onew oppa yang sedang tidur tak jauh dari sofa yang kutempati. Apa-apaan oppa tidur di sini? Pakai kasur tipis pula, seperti camping saja.
Perlahan-lahan kubangunkan dia, “Oppa..Bangun..” kataku sambil menepuk-nepuk bahunya. Dia membuka sedikit matanya yang masih lengket. “Hm?” gumamnya.
“Kenapa oppa tidur di sini? Cepat masuk ke kamar!” Dia langsung duduk ketika sadar kalau aku yang membangunkannya. Sepertinya ia terkejut.
“Aduh, ketahuan..” katanya sambil nyengir. “Jangan marah ya, Haeyo. Aku tidur di sini karena mengkhawatirkan sekaligus merasa tak enak padamu,” lanjutnya.
“Oppa, sudah kubilang kan, aku tidak apa-apa. Ayo masuk ke kamarmu!” pintaku sambil menariknya berdiri dan mendorongnya masuk ke kamar.
“Ah, tidak usah!” tolaknya.
“Ppali!” kataku dengan nada mengancam. “Huh..baiklah..baiklah!” katanya sambil masuk. Setelah ia masuk, kubereskan kasur tipis itu, lalu aku kembali ke sofa. Kupejamkan mataku, tapi sudah tidak bisa karena terlanjur bangun. Dorm masih sangat sepi karena semuanya masih tidur. Ah, lebih baik aku bersih-bersih saja. Aku membersihkan dorm. Hitung-hitung untuk balas budi karena para member SHINee sudah sangat baik padaku selama aku berada di sini.
Krieeeekkk..Kudengar pintu masuk terbuka. “Ah, Minho oppa! Pagi!” sapaku setelah melihat siapa yang datang.
“Pagi! Haeyo, cuma kau yang sudah bangun,ya?” tanyanya sambil melihat suasana dorm yang sangat sepi.
“Haha..Iya, aku kalau sudah terbangun jadi susah mau tidur lagi. Lagipula, jadwal hari ini mulainya siang, kan?” jawabku. Minho oppa tersenyum.
“Oppa, mau kubuatkan coklat hangat?” tawarku.
“Tidak usah. Kenapa jadi kau yang repot?” tolaknya.
“Tidak apa. Sebentar, ya.” ujarku sambil beranjak ke dapur. Tiba-tiba Minho oppa memegang tanganku, menahan langkahku ke dapur.
“Haeyo..” panggilnya.
“Mm?” tanyaku sambil mengangkat alis. Semakin kaget ketika dia memelukku erat-erat.
“Oppa..” panggilku.
“Haeyo, terimakasih ya untuk usahamu selama ini. Kau menggantikanku dengan sangat baik. Sementara aku malah hanya bersenang-senang, selama jadi kau.” ucapnya masih sambil memelukku.
“Iya, oppa. Tidak apa-apa..Oppa, tolong lepaskan pelukanmu. Aku sesak nafas, nih.” ujarku sambil tersengal.
“Oh, iya. Maaf, maaf..” katanya sambil melepasku. “EH??!!” ujarku kaget setelah sadar kalau yang di depanku adalah Minho oppa dalam tubuhnya sendiri! Bukan lagi tubuhku yang di dalamnya berisi nyawa Minho oppa! Aku pun melihat tanganku, memandang tubuhku. “Oppa, kita sudah kembali!! HORREEEEEEEEEE..!!” teriakku senang sambil melompat-lompat, dan spontan kupeluk Minho oppa yang masih terheran-heran. Ia mengamati tubuhnya sendiri, lalu ikut melompat-lompat kegirangan bersamaku.
“Hei! Berisik sekali!” Key oppa berteriak sambil membuka sedikit pintu kamarnya. Rambutnya masih acak-acakan dan matanya juga masih menyipit melihat kami berdua. Aku berlari ke arahnya, bermaksud memberitahukan hal yang mengejutkan ini, tapi..BRAAKK..!! Pintu kamarnya sudah terlanjur ditutup.
“Sudah..Biarkan saja..Dia masih setengah sadar,” kata Minho oppa sambil tertawa.
“Baiklah..Wah, asyik! Hari ini aku bisa kembali ke rumah, bertemu ayah, jalan-jalan, dan menelepon Kyung Mi untuk titip oleh-oleh!” ujarku, masih kegirangan.
Minho oppa menatapku tak berkedip, sehingga membuatku salah tingkah. Lalu ia tersenyum geli. “Kau pasti senang sekali, ya! Bebas dari latihan menari, menyanyi, membuat tanda tanganku, dan memperkenalkan dirimu sebagai Choi Minho,” ujarnya, yang membuatku jadi tak enak padanya.
“Eh..Oh..Tapi aku senang sekali, kok, bisa mendapat kesempatan beberapa hari ini bersama SHINee. Kalian semua gila dan menyenangkan seperti yang biasa kulihat di TV,” ujarku.
“Oh ya oppa, jangan lupa padaku, ya. Aku akan selalu mengingat pengalaman menarik ini,” lanjutku sambil menahan tangis, karena sadar kalau setelah ini aku akan meninggalkan dorm dan menjalani lagi kehidupanku sebagai Sang Haeyo, yang tentunya terpisah dari Minho oppa dan para member SHINee yang lain. “Ah, ini, mumpung kita masih bisa bertemu,” ujarku sambil melepas kalungku yang berbandul hati dan memberikannya pada Minho oppa yang masih tertegun menatapku.
“Anggap saja itu kenang-kenangan dari salah seorang fans untukmu.” Aku menatapnya, tersenyum, berusaha keras menahan tangisku. Minho oppa pun balas menatapku sambil menggenggam kalung pemberianku, dan ia kembali memelukku erat-erat. “Haeyo…Aku…Aku menyukaimu…” ucapnya pelan. “Mwo?” tanyaku tak percaya. Lalu segera kujawab sambil tertawa kecil,”Aku juga menyukai oppa. Kan aku salah seorang fansmu.”.
“Aku..Aku benar-benar menyukaimu, Haeyo. Aku ingin kau jadi pacarku,” ujarnya sambil menatapku tepat di mata.
“Oppa serius?” tanyaku semakin tak percaya. “Aku ini hanya gadis biasa, oppa. Lagipula aku tidak berbakat sepertimu,” sambungku.
“Memangnya kenapa kalau kau gadis biasa?! Bodoh! Kau itu punya sifat yang luar biasa! Kau anak tunggal, kan? Tapi kau sama sekali tidak manja, kau sayang pada orangtua, tidak egois, dan tidak suka mengeluh. Buktinya kau sudah sangat berusaha dalam menggantikanku beberapa hari ini. Kau ingat tidak, komentar para fans di liputan kemarin? Kau ingat Sunny juga, tidak? Mereka hanya tidak tahu saja kalau kau yang ada di tubuhku! Dan di sini pun..walaupun kau satu-satunya perempuan di dorm ini, kau berlaku seperti laki-laki! Kau tidur di sofa karena tidak ingin merepotkan, kan?” ujarnya tanpa henti.
“Op-oppa..” aku berusaha menyela, tapi Minho oppa terus melanjutkan,”Dan kemarin kau dengan santainya membiarkanku jalan-jalan bersama ayahmu, yang seharusnya adalah waktu senggangmu.”
Tiba-tiba terdengar suara tepuk tangan dari belakang Minho oppa. Satu per satu member SHINee yang lain sudah terbangun dan menyaksikan kami dari tadi. “Tadi aku berusaha menyela oppa, agar oppa mengecilkan suara sedikit. Mereka satu per satu terbangun dan sudah melihat kita dari tadi,” ujarku takut-takut. Di luar dugaanku, Minho oppa malah semakin bersemangat. “Hei semuanya, dengar! Aku suka pada Sang Haeyo dan ingin dia jadi pacarku!” ujarnya lantang. “Haeyo, apa jawabanmu?” tanya Onew oppa. Semuanya menatapku. “Tontonan yang menarik di pagi hari! Hahahaha.. Eh..Minho, kau sudah bilang ‘saranghaeyo’ belum padanya? Hampir mirip namanya lho..” ujar Key oppa, seperti biasa dengan ceplas-ceplosnya. “Eh iya ya, sarang…” gumam Minho oppa sambil membentuk lambang hati dengan tangannya, lalu menunjukku ketika melanjutkan, “…haeyo…”.
Aku tersenyum dan kemudian menjawab,”Saranghae..…Ah, andwae!” ucapku tiba-tiba. Minho oppa memandangku, kecewa. Para member yang lain juga tampak terkejut mendengar jawabanku.
“Haeyo, kau yakin menolaknya? Bukankah kau penggemar berat Minho?” tanya Jonghyun oppa.
Minho oppa berusaha membelaku, “Ah…tidak apa. Wajar saja kalau Haeyo menolakku. Mungkin dia masih mengira kalau aku ini hanya acting, karena aku artis. Padahal aku serius.” jawabnya.
“Kenapa oppa berkata begitu?!” ujarku sambil mengetuskan nada ucapanku. Minho oppa dan yang lain menatapku dengan bingungnya. Lalu aku tersenyum dan melanjutkan, “Sarang…” ucapku sambil membentuk lambang hati. “…Minh(aey)o..” sambungku sambil menunjuk Minho oppa.
“MWO??!!” Yang lain menatapku takjub campur bingung. Minho oppa lagi-lagi memelukku dan mencium lembut bibirku.
“Hyung..!! Aish!!” Tampak Taemin sedang berusaha menyingkirkan tangan Key yang sedang menutupi kedua matanya.
“Kau belum cukup umur melihat adegan itu!” ujar Key, masih sambil menutup kedua mata Taemin, sementara yang lainnya terbahak melihat mereka.
“Minho, sepertinya setelah ini ada yang akan menemaniku double date bersama Se Kyung!” goda Jonghyun oppa pada Minho oppa. Belum sempat Minho oppa menjawab, tiba-tiba Onew oppa merangkul Key oppa.
“Kita juga ikut ya, Chagi. Jadi, triple date!” ujar Onew oppa yang sedang kumat sangtae-nya. “Lalu, aku bagaimana Hyung, Noona?” tanya Taemin pada kami semua. “Sudah kubilang ‘kan, kau ini belum cukup umur!” Key mengulangi ucapannya tadi, membuat kami semua terbahak, kecuali Taemin yang sedang menggembungkan pipinya kesal.
***
*Choi Minho’s POV*
Gadis yang di depanku sedang menikmati es krim kesukaannya, setelah bercerita kalau malam sebelum nyawa kami tertukar, dia memohon untuk bertemu denganku sekali lagi, saat melihat bintang jatuh.
“Oya, oppa, memangnya sehari sebelum nyawa kita tertukar waktu itu, kau melakukan apa? Ingat, tidak?” tanyanya.
“Hmmmm…Oh iya! Waktu itu aku bergumam tidak jelas pada mainan malaikat milik Taemin!” jawabku.
“Bergumam apa? Semacam mantra?” tanyanya polos.
“Memangnya Harry Potter?! Aku bilang kalau aku ingin sekali-sekali menikmati jadi Choi Minho yang biasa, yang bukan artis, karena aku ingin pergi jalan-jalan dengan bebas. Selain itu, aku juga ingin sekali lagi merasakan kasih sayang seorang ayah. Apa mungkin mainan malaikat itu ajaib, ya? Ah, sudahlah! Namanya juga mainan…Lagipula malah nyawaku tertukar denganmu. Sudah jelas kalau mainan itu tidak manjur! Bodohnya waktu itu aku bicara pada mainan…” sesalku.
“Oppa, kau tidak sadar, ya?! Kau sudah mendapatkan apa yang kau minta. Kau menjadi diriku yang orang biasa, sehingga kau bisa jalan-jalan dengan bebas. Kau juga sudah merasakan kasih sayang seorang Ayah, ketika jadi aku. Kau bilang kalau Ayahku mengajakmu jalan-jalan dan memberimu kata-kata bijak, kan? Maaf, meskipun dia bukan ayah kandungmu, tapi tetap saja hal itu termasuk kasih sayang, ‘kan? Oya, tentang mainan malaikat dan bintang jatuhnya, aku juga tidak tahu. Mungkin saja malaikat yang asli mendengar permohonan kita, menyampaikannya pada Tuhan, dan…jadilah kita seperti ini,” Ia menjelaskan panjang lebar sambil tersenyum.
Aku langsung tertegun. Iya, ya! Bodohnya aku! Semua itu sudah kudapatkan. Bahkan aku mendapatkan “bonus”, yaitu gadis luar biasa yang berada di depanku ini, yang sekarang menjadi pacarku.
“Oiya, jagi…” kataku. Ia menungguku melanjutkan ucapannya.
“…Kata-kata bijak Ayahmu memang sangat mengena. Beliau bilang, ‘Kado terindah’ seringkali tersembunyi di ‘bungkusan yang buruk rupa’. Dan itu kan yang terjadi pada kita? Kau sudah kesulitan menjadi diriku, menggantikanku dengan susah payah, tapi sebagai hadiahnya, kau bisa bertemu denganku, kan? Aku juga. Kaget dan bingung ketika bertukar nyawa denganmu, kesepian di rumahmu yang besar, mempelajari materi-materi kuliahmu, tapi pada akhirnya, aku mendapatkan semua keinginanku, seperti yang kau bilang.”
“Ah! Iya ya! Benar juga!” ujarnya sambil tersenyum girang. “Bahkan aku mendapatkan lebih dari yang kuinginkan, dan bahkan tak terpikir olehku,” lanjutnya. “Aku bahkan bisa mengenal para member SHINee yang lain dengan akrab.”
“Lalu?” pancingku.
“Lalu…Lalu apa?” tanyanya sambil tersenyum jahil. Aku pura-pura cemberut. “Ah, iya, iya…aku mendapatkan oppa sebagai pacarku,” sambungnya.
Kami pun tertawa berbarengan. Hmmm…Kali ini, tanpa bintang jatuh ataupun mainan malaikat, aku berharap agar kami bisa terus bersama seperti ini. Entah akan ada “bungkusan buruk” apa lagi yang akan menanti kami, tapi lebih dari itu, dan yang kuyakini, akan ada “hadiah-hadiah terindah” yang lain setelahnya. =)
THE END
7 Coment:
enak tuh gadis bisa tukeran nyawa -____-''
jujur aku baru sempet baca setengah kkk~
*mian ya author ^^v
sibuk PKL soalnya T^T
tp janji bakal baca ampe abis kkk~*
Huaaaaa
keren ceritanya
baru lese baca nih ^^V
pengen banget bisa kayak ni cewe T^T
ketemu minho ama memeber SHINee yg lain
bahkan tukeran tubuh
trus pacaran ama Minho pula T^T
*hayalan semakin menjadi-jadi*
key aneh.. masa Minhoku disuruh dandan untuk penyamaran --''
SHINee 2nd concert?? berharap di indonesia dan aku bs nonton T^T
@Anonim: hehe. ak juga pengen banget ><
@ayu: Ne, ak jg pengen banget. makanya ak bikin cerita ginian :p
haha. Key kan emang ceplas-ceplos, jd ngmngnya suka ngasal *plak* :p
ak jg pngen ntn TT Amiiinnn..moga bisa! ^^9
Gomawo ^^
hehe :D
iaa
mudahan pas mereka concert kit punya cukup uang dan waktunya ada yak :D
buan depan ikutan lomab lg yak ;)
yup2.. amiiinnn.. :))
wah..lomba apa nih?
lomba FF lagi
kan ada tiap bulan nih lombanya :D
Post a Comment